Sabtu, 13 April 2013

PEMBOHONGAN SEJARAH

INILAH DALANG DARI SEGALA DALANG PELANGGARAN HAM DI INDONESIA Indonesia sejak dulu hingga kini selalu menjadi incaran negara asing untuk dijajah atau dijadikan negara boneka, contoh negara asing misalnya: Inggris, Portugis, Belanda, Jepang, USA, Singapore, Arab Saudi, dst. Alasan utama negara asing itu adalah: geo politik yang baik, kaya raya sumber alam, subur sekali, kaya akan laut yang berarti kaya akan ikan yang merupakan sumber pangan yang luar biasa, kaya manusia shg baik untuk pasar/konsumsi, indah sekali bak mutiara di katulistiwa, dst. Bung Karno (BK) adalah seorang jenius yang disegani oleh dunia internasional di masa hidupnya. BK mempunyai visi sangat jauh kedepan untuk Indonesia yakni Indonesia adalah: non blok, mandiri (berdikari = berdiri diatas kaki sendiri), berkepribadian kuat, berbasis Bhineka Tunggal Ika (pluralisme), serta berdasar Pancasila, dan tidak mau tergantung pada utang luar negeri (semboyan BK: “Go to hell with your aids!”). Pada usia yang masih muda (k.l. 30 tahun), Soekarno muda sudah berani menelorkan gagasan “Indonesia Menggugat” didepan pengadilan Belanda. Super power dunia saat itu (1960 s/d 1980) adalah USA yang kapitalis dan Rusia yang komunis. Kedua negara adidaya ini terusmenerus menjadi sumber kekacauan/pergolakan (atau dalang internasional) di banyak negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Indonesia dengan segala kelebihannya/kekayaan alamnya jelas merupakan target perebutan hegemoni oleh kedua negara adidaya tsb. Untuk menguasai Indonesia, USA dkk. dengan cerdik telah menyiapkan SDM, kelompok SDM ini nantinya disebut sebagai Mafia Berkeley (untuk intelektual sipil) dan Mafia West Points (untuk mafia Angkatan Darat). Jendral Soeharto yang cerdas namun licik mampu melihat adanya kemungkinan untuk menguasai Indonesia melalui kupdeta militer yang merangkak. Maka Soeharto dkk. lalu melakukan konspirasi dengan USA (via CIA) tuk menusuk bangsanya sendiri (Bung Karno) di tahun 1965. Pada tahun 1965, Indonesia sedang dijadikan ajang pertempuran ideologi antara USA dkk. melawan Rusia dkk. USA dibelakang militer/AD dan mahasiswa, sedangkan Rusia dibelakang PKI. Di Indonesia yang menang USA, di Vietnam yang menang Rusia. Pembunuhan para jendral (Ahmad Yani, Suparman, Tendean, dst) adalah dikarenakan mereka menolak melepas prinsip non blok dan menolak untuk berpihak pada regim Soehato/USA. Selain itu, mereka harus dihabisi Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Nasution yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa bergabung dengan Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi presiden, dan Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim militer (eksekutip dan legislatip dibawah militer) dan menjadi negara boneka USA! Keterlibatan AS dalam kupdeta militer yang merangkak di tahun 1965 di Indonesia sudah banyak ditulis. Semalam sebelum pembunuhan, Soeharto telah diberitahu oleh Latief akan adanya aksi ini, namun ia tidak bertindak sama sekali. Selain itu, para jendral itu harus dihabisi Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Jendral Soeharto beserta para jendral TNI AD kemudian memprovokasi/mendalangi massa NU (umat Islam, terutama di Jatim) untuk membantai ratusan ribu massa PKI yang tak berdosa dan tidak tahu menahu tentang politik di desa2 ditahun 1965, hal ini dilakukan untuk menutupi coup detat angkatan darat sekaligus mengkambinghitamkan PKI. Cara provokasi adalah dengan melarang surat kabar umum beredar, dan hanya harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha (keduanya milik TNI AD) saja yang boleh beredar. Isi beritanya sangat provokatip dan tendensius, misalnya pesta Gerwani dan penyiksaan para jendral di Lubang Buaya; berita ini dibuat untuk menjadikan PKI musuh bersama bangsa. Pembunuhan yang lebih kejam lagi adalah “pembunuhan kemanusiaan” terhadap anak cucu para anggota PKI yang tidak tahu menahu dan tidak terlibat politik dengan cara merintangi perkembangan kepribadian, emosi dan bisnis mereka (alat2 pembunuh yang diciptakan misalnya: litsus dan S.K bebas G30S). Operator pembunuhan nasional ini adalah pasukan KOPASUS/RPKAD. Baru Gus Dur saja (saat itu sebagai presiden) yang meminta maaf atas kebiadaban umat NU dalam menjagal sesama anak bangsa. Semenjak sukses adu domba ditahun 1965, maka hobi para jendral TNI AD itu s/d sekarang masih diteruskan dengan banyaknya kasus2 kerusuhan massa di berbagai daerah, misalnya: Tisakti, Pembantaian Tionghoa, Ambon, Poso, Sampit, Banyuwangi-santet, dst. (harap baca artikel George Aditjondro). Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ‘boneka Indonesia’ ketangan USA dkk., hasil tangkapan pun dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili: perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller disebut “ekonoom-ekonoom Indonesia yang top”. Di Jenewa, Tim Indonesia terkenal dengan sebutan ’the Berkeley Mafia’ (yang kebanyakan dosen UI), karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan yang hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya, mereka menawarkan : … buruh murah yang melimpah… cadangan besar dari sumber daya alam … pasar yang besar.” Di halaman 39 ditulis: “Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi, sektor demi sektor. ’Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler’ kata Jeffry Winters, guru besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk gelar doktornya, Brad Sampson, telah mempelajari dokumen-dokumen konferensi. ’Mereka membaginya ke dalam lima seksi: pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan: ini yang kami inginkan: ini, ini, dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur hukum untuk berinvestasi di Indonesia. Tusukan regim Soeharto atas bangsanya/Soekarno mengakibatkan kekayaan alam Indonesia dari Sabang (LNG Arun) s/d Merauke (Free Port ) jatuh ketangan negara Barat terutama USA. Regim militer dibawah Soeharto bersama USA dan negara barat lainnya bagaikan merampok Indonesia (diawal kejayaan Soeharto), misalnya konsesi tambang2: Freeport, Caltex, LNG Arun, dst; juga lewat IMF dan world bank. Manusia Dayak, Riau, Aceh, dan Irian tetap sangat miskin, walau daerahnya sangat kaya raya; yang kaya adalah pejabat Jakarta dan negara asing. Walau regim Soeharto korup sekali, IMF dan world bank terus memberikan hutangnya! Indonesia lalu menjadi akditip terhadap hutang, strategi gali-tutup hutang dilakukan, pejabat penanda tangan hutang tentu saja mendapat komisi, inilah yang membuat para petinggi Indonesia kecanduan berhutang! Soeharto sungguh2 menggadaikan negara ini ke negara asing! Boleh dikatakan bahwa 1/3 kekayaan alam Indonesia jatuh ketangan asing, 1/3 nya lagi jatuh ketangan para penguasa hitam terutama di Jakarta (birokrat, politisi, jendral AD/POLRI, dan konglomerat hitam), dan hanya 1/3 sisanya saja yang menjadi sumber APBN kita! Maka benarlah bahwa pemilik kekayaan alam Indonesia itu bukan manusia lokal seperti Dayak, Riau, Aceh, dan Irian, melainkan negara adidaya dan para oknum pejabat pusat di Jakarta. Tidak heran kalau mereka berkeinginan melepaskan diri dari Indonesia sebab mereka tetap miskin, bagaikan anak ayam mati dilumbung padi! Untuk mengelabui sejarah pelanggaran HAM 1965 atau kupdeta militer, maka secara licik regim militer memakai strategi: 1) Semua jalan raya disemua kota besar Indonesia diinstruksikan untuk memakai nama para jendral Angkatan Darat yang terbunuh secara konyol namun tragis (A. Yani, Panjaitan, dst.) dan mereka ini digelari pahlawan nasional, langkah ini disertai pendirian monumen2 yang bersifat otot dan kekerasan: patung tentara dan bambu runcing, peran kecerdasan para intelektual seperti organisasi Stovia, Bung Karno, Bung Hatta, Sri Sultan HB IX, yang justru lebih penting malah diabaikan; ini mirip strategi: “Maling teriak maling”. 2) Hari lahir Pancasila digantikan dengan hari kesaktian Pcsl. 3) Direkayasa film sejarah yang menipu yang wajib diputar secara nasional setiap tahunnya. 4) Dibuat buku wajib sejarah untuk SD s/d SMA yang menyesatkan. 5) Menciptakan sekolah bagi eselon satu pegawai negeri yaitu LEMHANAS (lembaga ini adalah monumen resmi kemenangan militer terhadap sipil, saat ini masyarakat dikelabui dengan mendudukan seorang Sipil sebagai kepalanya, apa sih arti seorang dibanding segerombolan militer? Pada umumnya kepala LEMHANAS akan dihadiahi jabatan yang amat basah, minimal menteri, seperti Yuwono Sudarsono dan Purnomo Yosgiantoro). 6) Menciptakan penataran P4 dan mata kuliah Kewiraan (dibawah kendali militer yang ketat). 7) Mewajibkan litsus dan surat bebas G30S bagi pencari kerja. 8) Stigmatisasi PKI sebagai pengkhianat bangsa. 9)Mendirikan berbagai LSM/ORMAS untuk melawan bangkitnya gerakan penegakan kebenaran sejarah 1965. 10) Menguasai berbagai mass media baik koran, radio, dan terutama TV untuk menjadi leader dalam pembentukan opini bangsa. 11) Membrangus kampus dengan wawasan Almamater (dan sekarang ini dengan strategi melibatkan para dosennya untuk ber multi fungsi yaitu: dosen, selebritis, bisnis, dan politikus). 12) Menugas belajarkan para jendral TNI/POLRI lalu beramai-ramai menempuh program MM dan MBA untuk menjustifikasi peran multi fungsi mereka (inilah saat dimulainya perusakan mutu pendidikan tinggi di Indonesia; banyak militer yang malas kuliah/belajar namun tetap ingin lulus, dan dosennyapun takut pada para preman berbintang yang digaji negara ini). 13) Terus menerus menyewa ilmuwan untuk menulis buku sejarah versi mereka (= regim militer), terutama ilmuwan Barat mengingat bangsa Indonesia masih merasa rendah diri ketimbang kulit putih. 13) Last but not least, menyelubungi kupdetat merangkak militer ini dengan menciptakan “ideologi baru yang disebut Dwi fungsi ABRI”. Mengingat kasus 1965 adalah kasus pelanggaran HAM yang maha besar, bahkan lebih kejam daripada Hitler di Jerman, sebab regim Soeharto membantai bangsanya sendiri itupun s/d anak-cucu, Hitler/Jerman membantai Yahudi, maka level pelanggaran HAM 1965 sudah tingkatan internasional. Para oknum Jendral AD sebagai pelaku kebiadaban yang luar biasa itu kini hidupnya selalu berkeringat dingin campur darah, ketakutan, kecemasan, rasa bersalah dan hidupnya selalu dibayang-bayangi/dihantui wajah hampir sejuta jiwa korban manusia. Demi menghindari tuntutan yang maha luar biasa besarnya dan beratnya dari para korban G30S tsb., para oknum Jendral AD ini terus menerus menggunakan politisasi agama Islam untuk melawan gerakan pelurusan sejarah. Terutama menggunakan para pemuka agama, LSM2, dan cendekiawan kampus. Dana finansial bagi mereka tidak masalah, sebab 1/3 harta negara Indonesia telah mereka kuasai, ini hasil merampok bangsanya sendiri selama kurang lebih 32 tahun. Kedigdayaan mereka adalah kemampuan menguasai atau menyusupi semua mass media di Indonesia: dari televisi, radio, s/d koran. Bahkan koran terbesar di Indonesia, yakni Kompas, pun telah mereka susupi. Jika anda adalah pembaca yang sangat cerdas, teliti, serta selalu sadar dan waspada, maka setiap kali ada berita di Kompas tentang usaha pemulihan nama baik para korban stigmatisasi PKI (yang saat ini mereka sudah tua, diatas 65 th), selalu diikuti gambar/poto yang menyolok sekali tentang demonstran yang mengingatkan akan bahaya timbulnya PKI bila hak mereka dipulihkan (catatan: mengapa bukan bahaya KKN, Orba dan militerisme yang ditakutkan?), demo ini pada umumnya menggunakan atribut Islam, misalnya menggunakan bendera Front Pembela Islam. Demikian pula, tulisan bermutu Kwik Kian Gie yang berusaha membeberkan konspirasi regim Soeharto dengan regim USA tidak dapat dimuat di Kompas, melainkan Jawa Pos. Prof. Ben Anderson, ahli G30S, menyiratkan sikap mendua bos Kompas yakni Jacob Utama (sebab saat regim Soeharto berkuasa, Jacob Utama termasuk pendukungnya, untuk ini mohon dibaca artikel yang lain). Satu2nya kesulitan mereka adalah menguasai informasi di internet yang bebas-merdeka! Pada sekitar tahun 1990 an, Soeharto menyadari kesalahannya dalam menggadaikan dan merampok negaranya, disamping ia sudah terdesak oleh kaum reformis, maka ia pun ingin banting stir, ingin lepas dari cengkeraman USA. Selain Soeharto, Sadam Husein dan Osama Bin Laden adalah boneka USA yang sadar kalau hanya sekedar diperalat dan diperas. Salah satu cara teraman adalah berlindung dibalik agama dengan menggunakan politisasi agama. Selain mendirikan ICMI, mempekuat cengkeraman pada MUI dan HMI, Suharto juga mengganti para menterinya yang semula berwajah Nasionalis menjadi bernuansa Arab-Islami demi mengambil hati umat Islam guna menyelamatkan regim militer dan ORBA. Para menteri keturunan Arab tsb. adalah: Marie Muhamad, Ali Alatas, Saleh Affif, Fuad Hasan, Bedu Amang, Fuad Bawazir, dsb. Kemudian mbak Tutut Suharto yang cantik dan seksi ke Mekah segera naik haji, dan sepulangnya dari Arab, beliau memakai jilbab. Bob Hasan pun berganti nama menjadi Muhamad Hassan. Dengan strategi save exit yang jitu, melalui politisasi agama, maka regim Soeharto dkk. selamat dan sejahtera s/d saat ini, namun bangsa Indonesia menjadi dimasukan kepihak Timur Tengah/Arab dalam menghadapi dunia barat! USA, yang dipenuhi pemenang hadiah Nobel dan orang Yahudi yang cerdas, menyadari strategi Soeharto. Maka digunakanlah alat internet untuk menembus dominasi mass media dalam negeri Indonesia yang dikuasai regim ORBA; antara lain dibuatlah web site Apa Kabar yang dikelola John McDougall dari Maryland USA. Ingat, s/d sekarang musuh paling ditakuti oleh setiap regim militer/diktator diberbagai negara adalah internet, mengingat internet tidak bisa dikontrol. Melalui web site ini, para cerdas-cendekia di Indonesia dicerahkan dan disadarkan tentang berbagai strategi Soeharto untuk berkuasa selama 30 tahunan. Artikel berbobot itu silih berganti muncul dan berasal dari para pakar politik tentang Indonesia, misal: Ben Anderson, Wiliam Lidle, Jeffry Winters, Harould Crouch, Gus Dur, Arief Budiman, M. Prabot Tinggi, George Adi Condro, Budiman Sudjatmiko, dst. Berkat artikel berbobot ini, maka percepatan reformasi terjadi dengan pesat sekali. Setelah selesai mempersiapkan manusianya, maka jago pakar politik USA dengan cerdik meluluh lantakan regim Soeharto (yang dianggap telah membangkang USA) dengan cukup membanting nilai tukar rupiah, puncaknya: 1 $ = Rp. 16.000,-. Hancurlah regim Soeharto, namun ia tetap dengan lihai memperdayai kaum reformasi, ia turun dari singgasana bagaikan tanpa tergores sedikitpun (baca artikel yang lain)! Setelah regim Soeharto runtuh, media internet Apa Kabar pun dihentikan dengan alasan kekurangan biaya dan man power. Sungguh licik dan hebooaaat ya para politisi sekaliber pemenang Nobel di USA dalam menggulung regim didikannya yang membangkang! Dengan merangkul Islam, oleh regim Soeharto, Indonesia seolah-olah ingin dilepaskan dari mulut harimau (USA), namun dimasukan mulut buaya (ARAB); hasilnya: Indonesia saat ini justru masuk mulut harimau dan sekaligus mulut buaya! Hal ini telah mengakibatkan Indonesia terus mengalami krisis kebudayaan s/d saat ini. Semestinya Indonesia terus mempertahankan sifat non-bloknya dan menjaga/memperkembangkan budayanya sendiri! Jadi, boleh dikata antara tahun 1960-1965: Indonesia dijadikan ajang pertempuran ideologi antara USA (kapitalis) melawan Rusia (komunis); kemudian mulai dari 1998 (awal reformasi semu) s/d sekarang, Indonesia dijadikan ajang pertempuran ideologi antara Barat (modern, sekuler) melawan Arab/Timur Tengah (Islam, non sekuler). Jadi, semenjak 1965, Indonesia sebenarnya tidak pernah merdeka dan mandiri lagi. Visi Bung Karno, yang non blok dan cinta budaya sendiri, seperti India dan RRC, negara yang mempunyai kepribadian sendiri dan mandiri, saat ini hanya tinggal kenangan… Indonesia sampai detik ini sekedar menjadi ajang pertempuran ideologi asing… Sungguh sayang sekali. Mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) terbatas umurnya (diperkirakan oleh para ahli tinggal sekitar 15 tahun lagi), disamping itu, penemuan energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya, maka negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa dari alternatip lain, strategi termudah adalah politisasi agama Islam (mirip Soeharto dan Osama Bin Laden). Dampak gelombang politisasi agama Islam dari negara TIMTENG/Arab sangat terasa sekali dengan banyaknya pergolakan di: Thailand selatan, Philipina, Afganistan, negara Balkan/Rusia, dan Indonesia. Di Indonesia, hal ini mulai terasa dengan terusiknya pluralisme atau Bhineka Tunggal Ika. Dana trilyunan rupiah dikucurkan demi menjadikan Indonesia menjadi boneka Arab, baik melalui lembaga agama, pendidikan, maupun LSM2; sampai2 organisasi preman yang dinamai Pemuda Pancasila dan Front Pembela Islam pun kebagian dana ini dan mulai beraksi dengan mendirikan banyak pesantren di Kalimantan; masjid2 diseluruh pedesaan P. Jawa menjadi indah dan bagus, ini disertai dengan mewajibkan pakaian jilbab bagi wanita2 di pedesaan. Memang salah satu alternatip tergampang menjajah negara lain adalah melalui kebudayaan, misalnya membuat dominasi kebudayaan Arab lewat agama Islam; bahkan kalau mungkin membuat negara boneka Islam. Gerilya kebudayaan asing lewat agama begitu gencarnya, terutama lewat media televisi dan radio, masyarakat yang awam politik tidak akan menyadarinya. Jadi, dalang berbagai kekerasan dan kerusuhan berbasis agama Islam di Indonesia dan untuk level internasional adalah kelompok fundamentalis dinegara-negara Arab (bahkan politisinya). Sayangnya, militer, POLRI, dan Badan Intelijen justru memanfaatkan mereka ini mengingat hobi mereka untuk adu domba (ingat 1965) dan hobi bermulti fungsi: ya bisnis, ya militer, ya politik; dengan demikian profesionalisme mereka tak pernah tercapai, dan rakyat harus menerima getahnya: keamanan dan ketentraman terusik. Padahal begitu mudahnya untuk melacak kaum teroris melalui aliran dana di rekening bank (apapun pasti butuh dana), menyadap pembicaraan/sms via telepon/hp, dan internet. Dasar pagar makan tanaman, hal itu tidak dilakukan mereka! Jadi, dapat disimpulkan dalang tragedi 1965 ada dua, yaitu: untuk level internasional adalah USA dkk. (melalui operator CIA), sedangkan untuk level nasional adalah para jendral TNI AD yang pro USA dengan pimpinan jendral Soeharto (melalui operator: pasukan KOPASUS/RPKAD dibawah pimpinan Sarwo Edhi, mertua presiden SBY, yang kemudian meninggal secara mengenaskan). Selain itu, USA telah dengan cerdik mempersiapkan coup d’etat merangkak ini dengan teliti dan seksama, misalnya dengan mempersiapkan SDM yang berbobot yang disebut: Mafia Berkeley (untuk golongan Sipil, mayoritas berasal dari dosen Universitas Indonesia) dan Mafia West Point (untuk golongan TNI AD). Dengan demikian pengaruh USA sungguh kuat sekali melalui: para menterinya (Mafia Berkeley) dan ditopang para jendral TNI ADnya (mafia West Point). Pada saat itu, regim yang amat sangat korup seperti Soeharto, Marcos, Mobutu Seseseko, Syah Iran, Pinocet, dst., adalah hasil rekayasa politisi USA. Di negara Amerika Latin, politisi USA juga banyak mensuport regim militer yang juga dibuat amat sangat korup; demikian pula di Timur Tengah. Jendral Pinochet dari Chili, yang juga boneka USA, melakukan strategi kupdeta yang mirip dengan strategi Soeharto. Pinochet menyebut strateginya dengan nama sandi Operasi Jakarta! Dengan dibuat sangat korup, negara boneka mudah didikte oleh negara asing-tuannya! Akhir2 ini politisi USA mulai sadar bhw negara2 tsb. makin pandai, dan tidak bisa dibodohi lagi, maka arah kebijakan politiknya mulai berbeda! Dokumen nasional USA yang terbuka (setelah 30 tahun) menyiratkan hal ini, sayang dokumen ini ditutup kembali demi untuk mengelabui bangsa Indonesia untuk kesekian kalinya! Perlu diketahui, Sadam Husein dari Irak dan Osama Bin Laden pada awal mulanya adalah didikan/boneka USA, namun seperti Soeharto, mereka juga menyadari bahwa mereka hanya sekedar diperalat dan diperas oleh para politisi USA, lalu mereka justru berbalik melawan USA. Atas dasar fakta2 diatas, maka peristiwa G30S 1965 lebih tepat bila didefinisikan sebagai pengkianatan Soeharto terhadap bangsanya sendiri, bukan pengkianatan oleh PKI. - Setelah berhasil melakukan pembantaian massal 1965 kemudian dapat mengelabui bangsanya dengan sejarah bohong dan bodoh tentang peristiwa itu, maka mereka ini, s/d saat ini masih terus menerus mendalangi berbagai kerusuhan yang menjurus pelanggaran HAM berat diseluruh Indonesia, seperti misalnya: tragedi Trisakti, pembantaian etnis Tionghoa 1998, tragedi Semanggi, tragedi TIMTIM, tragedi Aceh, kerusuhan Maluku, Poso, Sambas, dst., dst., dst….. Sesungguhnya, adalah amat mudah untuk menangkap para dalang kerusuhan, yakni melihat aliran dana di rekening bank yang mencurigakan, menyadap HP/telpon dan informasi di internet, namun dasar bandit kelas berat, hal ini tidak mereka lakukan atau mereka justru sembunyikan! Rasa aman bangsa Indonesia mereka mainkan demi keuntungan ekonomi dan politik semata bagi kelompok mereka, keamanan adalah bisnis yang menggiurkan! Dari pihak negara, mereka dapat anggaran, dari pihak yang ketakutan/terancam: mereka juga dapat dana penjagagaan keamanan, dari luar negeri mereka dapat sponsor dana demi goalnya tujuan negara asing itu! Sungguh licik dan berjiwa bandit para oknum jendral AD/Polisi/BIN itu! Buku-buku G30S Buku Sukarno File, Berkas-Berkas Soekarno 1965-1967, dan Kronologi Suatu Keruntuhan, ditulis oleh Antonie CA Dake dan diterbitkan oleh Aksara Kurnia, Jakarta. Peluncurannya dilakukan tanggal 17 November 2005 yang juga dipublikasikan Kompas. Pada intinya menyatakan Soekarno, Presiden RI pertama, adalah biang dari peristiwa pembunuhan jenderal-jenderal TNI AD dalam peristiwa G30S. Sekaligus berakibat pembantaian massal mereka yang dituduh komunis. Buku serupa dengan Dake ini “G-30-S/PKI Gagal” ditulis oleh Mayjen (Purn) Samsuddin, Obor Jakarta 2004. Kedua buku ini tujuannya untuk meng-counter teori-teori yang berkembang yang dengan gamblang dan jelas menandaskan bahwa Soeharto adalah dalang G30S. Buku2 ini gagal memengaruhi opini. Karena, masyarakat kritis dengan bertanya, bisakah kalangan militer kita, khususnya TNI AD, bersikap jujur atau mengungkapkan kejadian sebenarnya pada waktu itu? Sumber-sumber sejarah tentang G30S dari sumber terpercaya begitu banyak dan sudah dibaca orang. Contoh buku Deparlu AS 2001 yang keburu ditarik dari peredaran karena menelanjangi keterlibatan AS lewat CIA sebagai dalang internasional dari G30S. Namun, isinya sudah beredar luas di internet. Tulisan para sarjana setelah penyelidikan secara ilmiah, Benedict Andersson, Robert Cribb, Michael von Langenberg, Kenneth Young, Werdheim, Caldwel, Keith Foulcher, maupun sarjana Indonesia sendiri, Hermawan Sulistyo. Biarkan saja masyarakat membaca buku Dake, serahkan saja kepada pendapat masyarakat. Buku yang tak bermutu akhirnya akan jadi onggokan sampah. Persis buku-buku karangan para tokoh Orba, yang akhirnya hanya dijual di pasar loak. Kesimpulan Peristiwa G30S 1965 lebih tepat bila didefinisikan sebagai pengkianatan regim Soeharto terhadap bangsanya sendiri, bukan pengkianatan PKI. Regim Soeharto telah mengakibatkan lima faktor utama penyebab Indonesia tidak pernah mandiri dan terusmenerus mengalami krisis, yaitu terpaan: a) badai salju yang dingin-membekukan dari negara barat/modern yang ingin menjajah ekonomi/teknologi dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia; b) badai gurun Sahara yang panas-membara dari negara Timur Tengah yang ingin memporak-porandakan budaya asli, meningkatkan budaya kekerasan serta kerusuhan dan menguras devisa negara; c) badai KKN yang merampok keuangan dan membangkrutkan bangsa, yang juga menyebabkan Indonesia terjebak hutang maha besar serta ekonomi/bisnis Indonesia dikuasai oleh konglomerasi internasional yang bekerjasama dengan para konspirator nasional jahat yang terdiri atas: politisi busuk-konglomerat hitam-birokrat keranjang sampah dan jendral berhati preman dari TNI AD/POLRI, d) badai SARA yang meningkatkan kecurigaan berbasis suku, agama, ras, dan golongan antar masyarakat! Sungguh licik dan sangat kejam, untuk mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun, regim Soeharto menggunakan politik devide et impera: memecah belah bangsanya sendiri! Manusia Jawa dianggap penjajah oleh manusia non Jawa (sebab pembangunan yang Jawa sentris), etnik Tionghoa dicurigai oleh manusia pribumi, manusia Ambon saling diadu domba, etnik Madura diadu dengan etnik Dayak, manusia dan kebudayaan Jawa ditelantarkan, manusia dan kebudayaan Arab ditinggikan. Oleh regim Soeharto, seolah-olah telah dibuat agar tiap etnik merasa etniknya dianak tirikan dan etnik lain ditinggikan, sehingga timbulah rasa saling curiga yang dalam antar etnik; e) penyeragaman dan penindasan budaya nasional (bukan pengembangan) yang mengakibatkan kemunduran SDM. Dengan demikian, semenjak 1965 s/d detik ini, bangsa Indonesia boleh dikata telah dijajah kembali oleh konspirasi jahat internasional yang bersimbiose mutualitis dengan konspirasi jahat nasional yang tersentralisasi di Jakarta, sehingga boleh dikata Indonesia s/d saat ini belum merdeka sepenuhnya! Visi negara Indonesia yang dikumandangkan Bung Karno sebagai negara yang non blok, mandiri, tidak mau tergantung pada utang luar negeri, berkepribadian nasional yang kuat, Bhineka Tunggal Ika (pluralisme), serta berdasar Pancasila sudah semakin menjauh dan pudar. Negara-negara sahabat Bung Karno, seperti RRC dan India, yang mempunyai prinsip serupa dengan BK dan tidak mempunyai pengkianat negara semacam Soeharto Cs., saat ini sudah menjadi bangsa yang sehat, normal, bahkan adidaya! Presiden SBY baru-baru ini terpaksa mengulangi langkah BK lagi dengan mengunjungi RRC dan India. Visi dan misi generasi tua perusak bangsa ini (Soeharto dkk) adalah: 1) menyelamatkan diri atau bebas dari hukum 2) tetap dihormati oleh masyarakat 3) kekayaan hasil rampokan tetap aman (diparkir di LN) 4) bila meninggal dapat dimakamkan di Taman Pahlawan. Jadi, seolah-olah mereka telah mengancam generasi muda dengan berkata:”Jangan berani mengungkit masa lampau kami dan hormati kami s/d kami meninggal. Tolong, jangan lupa, makamkan kami di makam pahlawan. Setelah kami meninggal, baru silahkan buka borok2 kami dan luruskan sejarahmu. Kalau kami masih hidup, jangan sekali-kali berani melakukannya, atau negara ini akan kami obok2 sampai manusianya mabok. Hanya dengan bunga uang kami di bank2 luar negeri, kiranya sudah cukup untuk mengobok-obok Indonesia!” Maka tidak heran, di zaman transisi ini amat banyak kerusuhan yang dibuat oleh regim bablasan ORBA, sehingga masyarakat kembali merindukan regim Soeharto; semua ketidak stabilan ditumpahkan kepada regim reformasi yang semu (ingat, belum terjadi reformasi), sungguh licik generasi tua itu! Saran-saran Mengapa bangsa ini selalu gagal dalam menegakan kebenaran akan sejarah? Jawabnya mudah! Tiga tiang utama penopang demokrasi telah tumbang, yakni: - agama sebagai pemilik otorita kebenaran tertinggi sudah terbeli, lihat saja ulah ara ulamanya. - Universitas, terutama PTN, sebagai pemilik otorita analisis dan sintesis demi penegakan kebenaran keilmuan juga telah terbeli, lihatlah peran multi fungsi para dosennya. - Mass media yang seharusnya menjadi ujung tombak pencerdasan bangsa, terusmenerus dikuasai/disusupi regim tua untuk mengarahkan opini publik. Mengingat semua hal diatas, kita semua, yang masih mencitai negara, yang ingin melihat tegaknya kebenaran, yang ingin mempersingkat waktu demi bangkitnya kembali Indonesia, hendaklah berupaya sekuat mungkin untuk melakukan aksi (bukan hanya omong); beberapa alternatip aksi yang mudah dilakukan namun sangat besar dampaknya adalah: - Meningkatkan publikasi lewat tv, radio, dan surat kabar tentang kebenaran sejarah dan peran negara asing yang terus ingin mendominasi kita. - Mengusulkan kepada media internasional ternama seperti BBC dan CNN untuk mengungkapkan berbagai pelanggaran HAM di Indonesia. - Membuat film seperti Schlinder list atau The Pianist Man (yang menelanjangi kekejaman Nazi secara bagus sekali), dengan tujuan menguak kebenaran berbagai pelanggaran HAM (PHAM) sekaligus pendidikan politik, jadi kalau perlu ya dibuat di Luar Negeri. - Mendaya gunakan internet yang bebas-merdeka untuk membuat situs, blogger, milling list, news group untuk pengungkapan sejarah dan pendidikan politik. Ini untuk menyaingi dominasi regim militer yang s/d 2005 masih mendominasi mass media dalam negeri, kalau perlu ya diorganisasi dari Luar Negeri. - Menyurati anak cucu para jendral pelaku PHAM yang masih di SD atau SMP setiap minggu secara bergantian (antara para korban PHAM dan simpatisannya), supaya mereka selalu menanyakan kepada kakeknya pertanyaan berikut ini:”Eyang, benarkah eyang telah membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa dan membunuh anak cucu mereka dengan melarang berbisnis? Mengapa eyang kejam sekali sih?” Surat harus didesain seindah dan semudah mungkin ntuk dicerna level anak2. Ini demi memberikan hukuman sosial. - Menuntut para pemimpin agama yang tidak peka hati nuraninya akan keadilan, lihat mereka s/d saat ini diam saja! - Menuntut para sivitas akademika perguruan tinggi (termasuk mahasiswa) yang tidak peka akan kebenaran, lihat mereka s/d saat ini seolah-olah menutup mata-hati-telinganya! - Menyadarkan sivitas akademika (dosen, alumni, dan mahasiswa) Universitas Indonesia bahwa sejak jaman 1965 s/d sekarang peran negatip mereka sangat menonjol, misalnya: dalam pendirian regim ORBA, dalam pembelokan arah Reformasi, dalam penyelamatan regim ORBA. Demikian pula dengan ITB, UGM dan IPB. Politisi busuk sadar bahwa apabila para mahasiswa dan dosen di 4 PTN top ini bergerak maka akan terjadi efek bola salju, oleh sebab itu mereka perlu dikebiri; salah satu cara adalah dengan “membeli” PTN tsb.! Artinya money politics terselubung, yaitu dengan memberikan berbagai jabatan multi fungsi (menteri, eselon 1 dan 2) dari PTN2 ini. Multi fungsi berarti: ya dosen, ya politisi, ya birokrat pusat, ya pelacur intelektual. Selain itu supaya mereka tidak iri dengan multi fungsi militer! - Menerbitkan buku, pamlet, dan selebaran. Mengadakan seminar, sarasehan, diskusi, dst. - Selalu menggalang kekuatan riil untuk senantiasa bergerak, dan mempersatukan langkah melalui internet. Bila semua hal diatas masih gagal, maka cara termujarab adalah menginternasionalisasikan kasus PHAM 1965 ini (beserta PHAM yang lain: seperti tragedi Mei 1998). Aksi ini harus melibatkan organisasi internasional seperti Amnesti Internasional, Human Rights Watch, ICW, dst., dan yang paling penting harus juga menyeret politisi USA/CIA yang terlibat dan menjadi dalang internasionalnya (kasus 1965) sebagai terdakwa (jadi tidak hanya Soeharto Cs. sebagai dalang level nasional); dengan cara demikian, pasti kebenaran akan menang. Marilah bercermin pada kasus pelanggaran HAM berat seperti: pembantaian Yahudi, Bosnia, Kamboja, Ruanda, dan Sudan; ternyata dengan membuat persoalan ini internasional, maka pelakunya dapat diseret ke depan pengadilan; itulah yang semestinya dilakukan oleh para pejuang kebenaran di Indonesia! Di masing2 negerinya, para setan pelanggar HAM berat ini terlalu kuat dan mampu membina pemujanya sendiri! Dengan otak yang cerdas dan cemerlang, disertai niat baik, kiranya tidak ada hal yang mustahil, tidak ada kebenaran yang tidak bisa diungkap! Tuhan itu Maha Adil. Selamat berjuang, dan mohon artikel ini disebar luaskan. Sebagai penutup, kalau pada tahun 1960 s/d 1970 Indonesia dijadikan ladang pertempuran yang sengit antara ideologi kapitalisme (USA dkk.) melawan komunisme (Rusia dkk.), maka ingat pada detik ini, Indonesia sedang mengalami dan sedang menjadi ajang pertempuran hebat antara: negara Barat/maju, negara Timur Tengah, para pelaku pelanggaran HAM berat dan para pelaku KKN (sisa2 regim Soeharto/ORBA yang ingin menyelamatkan diri, bebas dari jerat hukum); jadi tugas manusia Indonesia adalah sungguh berat sekali, karena harus bisa mengatasi keempatnya! Kita doakan agar sukses!

Sabtu, 13 Agustus 2011

TAKDIR

Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar/ukurannya, tempat maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi pasti ada takdirnya, termasuk manusia. Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dalam rukun iman. Suatu pendapat mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada manusia sudah ditentukan sejak zaman azali, seperti masalah kematian, rezeki, keberuntungan, kegagalan, kebagahagiaan dan kesengsaraan di dunia, sebagai ahli surga atau neraka. Kalau demikian halnya apa arti usaha manusia? Apakah kerja keras, usaha yang terus menerus, manajemenn yang teratur dalam berbagai hal ada hubungannya dengan penambahan rezeki? Lalu, apakah hakikat yang sebenarnya dari takdir itu? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanyaan klasik yang sudah sangat popular. Namun bagaimanapun ia tetap menarik untuk diperbincangkan karena telah menjadi suatu permasalahan yang menimbulkan pertentangan di kalangan umat Islam. Oleh karena pertentangan pendapat mengenai masalah takdir ini, maka pemahaman yang muncul menjadi bervariasi. Paham Mu’tazilah mempercayai bahwa alam ini dijadikan Tuhan. Dan bahwa Tuha selalu ada dan lebih dahulu adanya daripada mahluk-mahluk yang dijadikannya. Mu’tazilah membagi perbuatan manusia menjadi 2 bagian; yaitu perbuatan yang timbul dengan sendirinya, seperti gerak refleks dan lain sebagainya. Perbuatan ini jelas bukan dilakkukan oleh manusia atau terjadi bukan atas kehendaknya. Dan yang kedua adalah perbuatan bebas (free will) dimana manusia bisa menentukan pilihan antara mengerjakan dan tidak mengerjakan. Perbuatan semacam ini lebih pantas dikatakan ‘diciftakan manusia’ dari pada dikatakan ‘diciftakan oleh Tuhan’ karena adanya alasan-alasan akal, logika atau syara. Mu’tazilah menerima hokum kausalitas dan pengaruh-mempengaruhi sebab diantara akibat natural. Akan tetapi seluruh perbuatan manusia disandarkan hanya kepada manusia sendiri. Menurut mereka perbuatan-perbuatan manusia bukan merupakan makhluk Tuhan. Berdasarkan ini Mu’tazilah acapkali disebut sebagai Mufawwidha karena mereka berkeyakinan bahwa setelah Tuhan menciptakan manusia, Tuhan mendelegasikan kebebasan kepada manusia dalam perbuatan. Yang kedua adalah takdir menurut Qadariyah. Menurutnya bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah ta’ala sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan berikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Mengenai adanya kewajiban berikhtiar, ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad saw pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi Saw. Orang itu datang dengan menunggang kuda, setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi saw tanpa mengikat terlebih dahulu kudanya. Nabi menegur orang itu, “kenapa kuda itu tidak engkau ikat?” orang Badui itu menjawab: “biarlah, saya bertawakal kepada Allah”. Nabi pun bersabda: “ikatlah kudamu setelah itu bertawakal kepada Allah”. Menurut pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, berkenaan dengan takdir, selain usaha, doa mempunyai posisi yang amat penting dan dianggap sebagai suatu ibadah. Faedahnya adalah membangkitkan dan menumbuhkan kesabaran dan ketekunan kepada kita. Jika kita berdoa, maka fikiran yang terlintas dalam hati tertuju hanya pada Kekuasaan, Kebesaran dan Kodrat Ilahi. Meskipun kebaikan dan keburukan tidak dapat lepas dari takdir, akan tetapi Hukum dan Kodrat Tuhan telah menciptakan sarana-sarana sedemikian rupa untuk mencapainya sehingga seseorang yang berfikiran sehat akan menganggap penggunaan cara dan ihtiar merupakan suatu hal yang perlu dan benar untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Adapula hubungan yang erat antara hukum sebab akibat. Dalam dunia ini kita mengetahui bahwa tidak ada suatu bendapun yang terlepas dari Kodrat Ilahi yang telah ditentukan oleh Allah Ta’ala semua benda mempunyai khasiat dan pembawaan yang terkandung di dalamnya. Berkaitan dengan perkara bahwa Allah tidak merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as menjelaskan bahwa sesungguhnya perintah-Nya apabila Ia menghendaki sesuatu, hanyalah dengan berkata “jadilah, maka terjadilah ia”. Dan Dia telah merubah kalian sebagaimana yang kalian ketahui, dan kalian menyatakan sesunggguhnya kami ini orang-orang yang berserah diri. Belum datang kah saatnya bahwa dalam hati kalian merasa takut dan khusyu terhadap janji Allah. Jadi takdir Tuhan itu adalah tanda dari keagungan dan keadilan-Nya dimana semua tatanan yang telah ditetapkan selaras dengan sifat-sifat-Nya. Jadi kesimpulannya adalah bahwa Takdir Allah merupakan iradah Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir itu sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita bersyukur, karena itu merupakan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Sebaliknya ketika takdir itu tidak sesuai dengan keingingan kita, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Karena kita yakin dibalik semua kejadian itu pasti ada hikmahnya.

Sabtu, 25 Juni 2011

Mi'raj Isra Rasulullah saw



Masalah isra dan mi’raj Rasulullah saw merupakan masalah yang masih diperdebatkan. Apakah kejadian ini secara jasmani atau rohani? Atau peristiwa ini terjadi secara bersamaan atau berlainan? Untuk membahas ini tentunya kita harus menelitinya baik dari Alquran sendiri maupun hadis-hadis Rasulullah saw.

Di dalam surat Bani Israil salah satunya disebutkan tentang Isra Rasulullah saw. Isra  merupakan perjalanan rohani di waktu malam Rasulullah saw. dari Mekkah ke Yerusalem, sedang berkenaan dengan Mi’raj terdapat dalam Surah An-Najm (ayat-ayat 8 – 18) yang menjelaskan semua kejadian yang disebut yang telah diwahyukan tidak lama sesudah hijrah ke Abessinia  terjadi di bulan Rajab tahun ke 5 nabawi, dan hal ini telah diceriterakan secara terperinci dalam buku-buku hadist yang membahas Miraj Rasulullah saw., sedang Isra Rasulullah saw. dari Mekkah ke Yerusalem, yang dibahas dalam surat Al Isra, menurut Zurqani terjadi pada tahun ke-11 nabawi ; menurut Muir dan beberapa pengarang Kristen lainnya pada tahun ke-12. Tetapi menurut Mardawaih dan Ibn Sa’d, perintiwa Isra terjadi pada 17 Rabiul-awal, setahun sebelum hijrah (Al-Khashaish al-Kubra) . Baihaqi pun menceriterakan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah.

Dengan demikian semua hadist yang bersangkutan dengan persoalan ini menunjukkan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah, yaitu kira-kita pada tahun ke-12 nabawi, setelah Siti Khadijah wafat, yang terjadi pada tahun ke-10 nabawi, ketika Rasulullah saw. tinggal bersama-sama dengan Ummi Hani, saudari sepupu beliau. Tetapi Mi’raj, menurut pendapat sebagian terbesar ulama, terjadi kira-kita pada tahun ke-5 nabawi. Dengan demikian dua kejadian itu dipisahkan satu dengan yang lain oleh jarak waktu enam atau tujuh tahun, dan oleh karenanya kedua kejadian itu tidak mungkin sama ; yang satu harus dianggap berbeda dan terpisah dari yang lain. Lagi pula peristiwa-peristiwa yang menurut hadist terjadi dalam Mi’raj Rasulullah saw. sama sekali berbeda dalam sifatnya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Isra. Secara sambil lalu dapat disebutkan di sini, bahwa kedua peristiwa itu hanya kejadian-kejadian rohani belaka, dan Rasulullah saw. tidak naik ke langit atau pergi ke Yerusalem dengan tubuh kasar.

Kecuali kesaksian sejarah yang kuat ini, ada pula kejadian-kejadian lain yang berkaitan dengan peristiwa itu mendukung pendapat, bahwa kejadian itu sama sekali berbeda dan ter pisah satu sama lain :
a.            Alquran menguraikan kejadian Mi’raj Rasulullah saw. dalam surah 53, tetapi sedikit pun tidak menyinggung Isra, sedang dalam Surah ini Alquran membahas soal Isra, tetapi sedikit pun tidak menyinggung peristiwa Mi’raj.
b.            Ummi Hani, saudari sepupu Rasulullah saw. yang di rumahnya beliau menginap pada malam peristiwa Isra terjadi, hanya membicarakan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem, dan sama sekali tidak menyinggung kenaikan beliau ke langit. Ummi Hani itu orang pertama yang kepadanya Rasulullah saw. menceriterakan perjalanan beliau di waktu malam ke Yerusalem, dan paling sedikit tujuh penghimpun riwayat-riwayat hadist telah mengutip keterangan Ummi Hani mengenai kejadian ini, yang bersum-ber pada empat perawi yang berlain-lainan. Semua perawi ini sepakat, bahwa Rasulullah saw. berangkat ke Yerusalem dan pulang kembali ke Mekkah pada malam itu juga.

Jika sekiranya Rasulullah saw. telah membicarakan pula kenaikan beliau ke langit, tentu Ummi Hani tidak akan lupa menyebutkan hal ini dalam salah satu riwayatnya. Tetapi beliau tidak menyebut hal itu dalam satu riwayat pun ; dengan demikian menunjukkan dengan pasti , bahwa pada malam yang bersangkutan itu Rasulullah saw. melakukan Isra hanya sampai Yerusalem ; dan bahwa Mi’raj itu tidak terjadi pada ketika itu. Nampaknya beberapa perawi hadist mencampur baurkan kedua peristiwa Isra dan Mi’raj itu. Rupanya pikiran mereka dikacaukan persamaan yang terdapat pada beberapa uraian terperinci mengenai Isra dan Mi’raj telah menambah dan memperkuat pendapat mereka yang kacau balau itu. © Hadist-hadist yang mula-mula meriwayatkan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem dan selanjutnya mengenai kenaikan beliau dari sana ke langit, menyebut pula bahwa di Yerusalem beliau bertemu dengan beberapa nabi terdahulu, termasuk Adam as., Ibrahim as., Musa as., dan Isa as. ; dan bahwa di berbagai petala langit beliau menemui nabi-nabi yang itu-itu juga, tetapi tidak dapat mengenal mereka. Bagaimanakah nabi-nabi tersebut, yang telah beliau jumpai di Yerusalem, sampai pula ke langit sebelum beliau ; dan mengapa beliau tidak mengenali mereka, sedang beliau telah melihat mereka beberapa saat sebelumnya dalam perjalanan itu-itu juga ? Tidaklah masuk akal, bahwa beliau tidak dapat mengenal mereka, padahal hanya beberapa saat sebelum itu, beliau bertemu dengan mereka dalam perjalanan itu juga.

Jadi dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Isra dan Miraj itu adalah dua kejadian/peristiwa yang berbeda. Isra terjadi pada tahun 11 nabawi sedagkan Miraj terjadi pada tahun 5 nabawi. Keduanya bukan merupakan penglaman jasmanni Rasulullah saw tetapi merupakan pengalaman rohani beliau. Oleh karena itu penyebutan istilah isra miraj ini merupakan pernyataan yang sudah menjadi kebiasaan, padahal yang seharusnya adalah mi’raj isra, bukan isra mi’raj.
Kembali

Senin, 20 Juni 2011

KEHANCURAN ARAB

Sejak beberapa abad yang silam, kawasan Timur Tengah dilanda oleh kemerosotan akhlak, peperangan, kericuhan dan ketidak-amanan. Keadaan ini mencapai puncaknya sejak tujuh puluh tahun akhir-akhir ini. Dari hari ke hari keadaan disana semakin memburuk. Hampir seluruh wilayah itu merupakan wilayah-wilayah negara-negara Islam, maka sudah menjadi kepastian meresahkan seluruh dunia Islam. Tanah suci Mekah dan Medinah (tempat Nabi Muhammad saw pernah menjejakkan telapak kaki beliau, dan nafas beliau mengharumi serta memberkati udaranya) kini telah dikelilingi oleh bahaya dari segala jurusan. Kenyataan membuktikan bahwa sudah lebih dari 30 tahun dunia Islam menjadi sasaran musibah-musibah dan cobaan secara berkesinambungan dalam berbagai hal. Musibah-musibah dan cobaan itu bukan hanya datang dari luar Islam tapi dari dalam Islam sendiri. Negeri Islam yang satu menjadi penyebab dan bertanggung jawab atas musibah yang diderita oleh negeri Islam lainnya.
Imam/Kahlifah Ahmadiyah yang kedua; Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. di dalam kitab beliau Tafsir Kabir, beliau menyingkap tabir rahasia dibalik huruf-huruf Alif Lam Mim Ra, huruf-huruf tersebut mempunyai nilai 271. Angka 271 menampilkan tahun ketika berlalu tiga generasi pertama dan mengenainya Nabi Muhammad saw memberi kabar suka bahwa generasi pertama adalah generasi beliau, kemudian menyusul generasi berikutnya. Dua generasi itu disebut oleh beliau sebagai generasi baik dan terpelihara. Rentang zaman itu berakhir samapai tahun 271. Mulai tahun itu merupakan tahun yang berbahaya, sebab didalamnya telah diletakkan pondasi kemunduran dunia Islam dan timbulnya serta kemerosotan akhlak.
Pada tahun 271 H. kerajaan Islam di Spanyol telah mengadakan perjanjian dengan Paus, bahwa Paus akan memberi bantuan kepada kerajaan Islam di Spanyol dalam menghancurkan pemerintahan Islam di Baghdad. Dipihak lain, Baghdad pada tahun 272 atau 273 H. mengadakan perjanjian dengan Kaisar Roma hendak menghancurkan Pemerintahan Islam Spanyol. Inilah tahun yang untuk masa yang akan datang selama-lamanya merupakan tahun pembuka jalan menuju kehancuran bagi keamanan Arab dan umumnya kaum Muslimin.


Sekarang lagi-lagi keadaan tampak serupa itu pula. Sekarang dengan bantuan dan dukungan Saudi Arabia dan dengan bantuan serta dukungan Pemerintah-pemerintah sekitarnya sebuah Negara Islam yang besar dihadapkan kepada bahaya yang sangat besar. Kekuatan-kekuatan bukan Islam telah mengambil keputusan untuk memberi hukuman kali ini demikian rupa mengerikannya dan member hukuman yang membuat jera sehingga sampai tahun dua puluhan tidak aka nada Negara Islam yang bisa menegakkan kepala atau mengkhayalkan bisa bebas dari bangsa-bangsa ini. Diantara bangsa-bangsa yang dimaksudkan itu penggerak atau motifator yang terbesarnya adalah Israel. Sebab, Israel  sudah semenjak lama teriak-teriak bahwa ia menghadapi ancaman serangan senjata kimia dari Irak sedangkan ia Negara kecil. Seandainya Irak menyerangnya dengan senjata kimia keberadaannya akan lenyap.

Kekayaan minyak bumi telah member manfaat-manfaat kepada sejumlah Negara Islam, tetapi disamping itu juga medatangkan pula kerugian-kerugian. Salah satu diantara kerugian-kerugian itu yang terbesar adalah secara perlahan-lahan jiwa ketakwaan menghilang dari mereka. Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada dunia Islam nikmat besar berupa minyak bumi yang merupakan sumber daya kemajuan bagi Negara-negara lain. Sejauh hubungannya dengan Negara-negara Islam sendiri, mereka mempergunakan minyak bumi itu sebagai mainan api untuk saling mebakar rumah dan membumi hanguskan Negara Islam lainnya.

Kekayaan yang diperoleh sebagai anugerah dari alam itu disimpan di bank-bank Negara-negara Barat, termasuk Amerika. Dengan demikian Negara-negara ini dapat mengeruk keuntungan berlipat ganda; pertama, bertambah luar biasa kokohnya potensi ekonomi mereka. Kedua, dengan demikian bila timbul bahaya mereka dapat menguasai khazanah itu. Banyak Negara-negara ketiga yang telah kena aksi ini, kekayaan mereka dibekukan. Contoh yang actual adalah seluruh harta kekayaan Irak yang ditanam di luar negeri kini telah dibekukan, dengan dalih “demi kepentingan umat manusia”. Menyusul kemudian kekayaan Kuwait deibekukan dengan dalih pengamanan dan akan dikembalikan setelah kegoncangan politik mereda.
Bank-bank di dunia umumnya dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Ditilik dari segi pandang ini, Amerika bukan lagi negeri ketidak jujuran dan pelanggaran perjanjian. Bukan hanya persengketaan antar Negara-negara Arab melainkan Negara-negara penghasil minyak lainnya pun terlibat di dalamnya. Indonesia misalnya, dengan keras menheam saudara-saudaranya Arab muslim, karena mereka seara sembunyi-sembunyi melanggar persetujuan yang disepakati bersama di meja perundingan OPEC. Pendeknya, di dalam latar belakang ini pun terdapat kekurang-takwaan. Isu ini bukan hanya masalah pertikaian antara Irak dan Kuwait belaka, melainkan masalah kekuarangan takwa di dalam segala masalah.
Irak sudah menyerang satu Negara mini sebagai ekor dari suatu prinsipnya. Akibatnya, timbul gejolak hiruk pikuk dan orang-orang yang tadinya tidak pernah terluka hati oleh peristiwa-peristiwa lainnya yang serupa, tidak pernah berlari-lari member bentuan secara demonstrative sekonyong-konyong rasa simpatinya berkobar.
Ketika Amerika dan Sekutu-sekutunya mulai melancarkan tindakan-tindakan sanksi ekonomi dan memaksa pemerintah Baghdad bertekuk lutu, dari hari kesehari mulai terasa bahwa pemerintah Islam yang besar ini menghadapi keadaan yang membahayakan sehingga ia bisa lumpuh kalau hanya mengandalkan keberanian semata.

Presiden Saddam Husein menyampaikan pesan kepada Amerika bahwa apabila mereka ini benar-benar menghendaki keadilan, hendaknya harus bertindak pula adil di seluruh kawasan ini. Pencaplokan Israel atas Jordan Barat adalah atas persetujuan Amerika atau oleh sekutunya dan anteknya. Amerika pun harus membebaskan kawasan-kawasan itu dari dominasi yang tidak sah.
Pers Barat sangat membersar-besarkan berita yang dating dari Kuwait. Tetapi mereka diam dan tidak protes atas kekejaman-kekejaman orang-orang Yahudi di Kamp-kamp Libanon. Anak-anak disembelih dihadapan ibu mereka yang menangis dengan histeris dan kemudain dating giliran mereka sendiri. Mereka menutup mata apabila terjadi dan masih akan terjadi pula kejadian yang aniaya; sedangkan atas kejadian yang katanya terjadi di Irak, begitu mereka ributnya.
Pada pihak lain, di Irak yang peri keadilannya berdasar pada prinsip-prinsip Islam tidak sepenuhnya konsekuen atas prinsip-prinsip itu. Islam sekali-kali tidak mengizinkan menyandera penduduk negeri yang berkewarganegaraan satu bangsa yang bersekutu dengan bangsa yang berperang dengannya. Di dalam rentangan hidup baginda Nabi Muhammad saw dan didalam segala peperangan di masa hidup beliau tidak terdapat bukti adanya perlakuan aniaya terhadap tawanan-tawanan dari satu kaum yang berperang dengan lasykar Islam.

Apa yang baru-baru ini muncul adalah tindakan blockade terhadap Irak dengan pretense melaksanakan resolusi PBB. Amerika dan sekutu-sekutunya secara terang-terangan sedang memaksakan dengan kerasnya resolusi itu.
Jordan dalam keadaan dilemma. Kalau Jordan tidak mau ikut dalam aksi blockade maka Amerika mengancam akan memblokadenya. Kalau ia ikut dalam aksi blockade ia akan mati sendiri dan baginya tidak ada sumber penghidupan lain selain bergantung pada Irak.
Tanpa mengindahkan ajaran Alquran yang selama-lamanya tetap relevan, Saudi Arabia dengan segera mengimbau sang pelindungnya turun tangan dan mulailah Amerika, Inggeris dan lain-lain mengirimkan militer ke Arab. Bahkan mereka memaksa seluruh Negara besar atau mempersiapkan kekuatan-kekuatan besar agar mereka sedikit banyak ambil bagian. Kebanyakan Negara-negara Islam atas tekanan Negara-negara raksasa itu terpaksa atau demi kepentingan diri sendiri, dengan senang hati mengirimkan pasukan kesana, bergabung dengan pasukan-pasukan Amerika dan Inggeris untuk memerangi Irak yang nota benenya adalah Negara Islam.
Tidak ada yang lebih naïf daripada sangkaan bahwa timbulnya hiruk-pikuk yang begitu hebat di dunia, berlangsungnya blockade laut dari segala jurusan dan perlengkapan perang dengan jenis yang berbahaya dan belum pernah dipergunakan di medan perang manapun terus-menerus dikumpulkan di sana, itu semua hanya untuk menyelamatkan Arab Saudi dan Irak. Bahaya yang mungkin terjadi nanti adalah sesudah Irak dibuat sama sekali tidak berdaya, kepada Israel akan diberi izin untuk menyerang Irak.
Apapun bentuknya bahaya itu, baik nyata maupun tidak, dan atas siapa terletak tanggungjawabnya tak usah kita persoalkan. Tetapi yang pasti dan yakin ialah penggerak terbesar dibalik situasi kritis ini adalah Israel dan kepentingan-kepentingan Israel. Pada saat ini seluruh dunia Islam seakan-akan telah berdiri untuk menjaga kepentingan-kepentingan Israel dan untuk itu sebuah negeri Islam telah diputuskan untuk binasa.
Apa yang ditakutkan oleh Amerika cs adalah karena pada waktu itu di dunia ini Irak tampak mencuat sebagai kekuatan besar. Apabila ia diberi kesempatan mencuat maka tidak jauh saatnya Irak bakal melahap negeri-negeri sekitarnya dan sesudah itu tercipta satu kesatuan dunia Islam di Timur Tengah yang mencakup satu cadangan sumber minyak yang besar bagi seluruh dunia.
Propaganda dilancarkan oleh Amerika betapa tak berperikemanusiaannya Saddam Hussein yang tidak sungkan-sungkan menggunakan senjata kimia dalam peperangan melawan Iran. Mereka mengatakan bahwa seorang manusia yang zalim yang berbuat aniaya terhadap saudara-saudara muslim lainnya, bagaimana mungkin dunia dapat menyelamatkan diri dari kezalimannya. Oleh karena itu dunia harus diselamatkan dari keaniayaan itu. Padahal mereka mengetahui bahwa merekalah yang mengajarkan teknik pembuatannya. Dihadapan mata mereka sendiri Saddam Hussein membangun Industeri senjata kimia itu. Mereka berbuat demikian dengan tujuan untuk menghadapi musuh besar mereka, yakni Iran.

Dahulu orang-orang Islam memecahkan segala persoalan dengan semangat ketakwaan dan berpegan kepada ajaran Alquran, sebab di dalamnya mengandung perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk untuk menanggulangi segala macam persoalan. Masalah apa saja yang ada kaitannya dengan Islam atau Alquran tak mungkin dapat dipecahkan tanpa dilandasi oleh semangat ketakwaan. Alquran juga memperhatikan kemungkinan-kemungkinan kalau-kalau diantara berbagai Negara Islam akan terjadi sengketa sehingga menjurus kepada peperangan. Ternyata di dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 10-11 Allah Ta’ala berfirman:

Dan apabila dua golongan orang-orang yang beriman berkelahi, maka hendaklah kamu mengusahakan perdamaian diantara keduanya. Kemudian jika setelah itu salah satu dari kedua mereka menyerang yang lain, maka perangilah pihak yang menyerang,hingga ia kembali kepada perintah Allah.



Sabtu, 18 Juni 2011

Ahmadiyah dan Kebangkitan Isa bin Maryam

Akhir-akhir ini mencuat kembali masalah turunnya Isa akhir zaman atau kebangkitan Isa bin Maryam yang tercantum dalam hadits-hadits nabi terutama tentang kualitas hadits-hadits tersebut. Bahkan ada yang mempertanyakan siapa yang dimaksud dengan isa bin maryam tersebut dan kaitannya dengan Imam Mahdi akhir zaman serta kedudukannya sebagai nabi yang tidak membawa syariat sebagaimana Isa bin Maryam yang juga tidak membawa syariat baru. Berikut ini disampaikan beberapa pokok permasalahan tersebut:
1. Beberapa hadits tentang kebangkitan Isa bin Maryam antara lain:
    a. Shahih al-Bukhori kitab alhadisil anbiya bab nuzulu Isabnu maryam Hadits no. 3448
        artinya: "....Rasulullah saw. bersabda dan demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh Isa ibnu         Maryam hampir turun dikalangan kamu sebagai hakim yang adil, akan memecahkan salib dan membunuh babi     serta meniadakan pungutan dan membagi harta sampai tidak ada seorang pun yang menerimanya, sehingga sekali sujud lebih baik dari dunia dan seisinya."
    b. Shahih Muslim Kitabul Iman bab nuzulul Isabnu Maryam Hadis no.244
        artinya: "....Rasulullah saw. bersabda: bagaimana keadaan kalian sedangkan dia adalah Imam kalian diantara kalian."
    c. Shahih Muslim Kitabul Fitan bab Dzikruddajjal Hadis no.2937
        artinya: "... dari Nawas bin Sim'an, ia berkata: Rasulullah saw bercerita tentang dajjal... lalu Nabi Isa beserta sahabatnya terkepung....lalu Nabi Isa memanjatkan doa kepada Allah swt.. kemudian turunlah Nabi Isa beserta sahabat-sahabatnya... lalu Nabi Isa dan sahabatnya memanjatkan doa kepada Allah...."
    d. Sunan Ibnu Majah Kitabul Fitan bab sidatuz zaman Hadis no.4039
        artinya: "... Rasulullah saw bersabda: tidaklah bertambah urusan melainkan semakin sulit, dunia semakin rusak, manusia semakin bakhil, dan tidaklah datang kiamat melainkan kepada manusia yang (sifatnya) paling jelek dan tidak ada Al Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam."

Hadits-hadits tersebut disamping termaktub dalam kitab-kitab dimaksud (a-d) juga terutlis dalam buku dengan judul Turunnya Isa bin Maryam Pada Akhir Zaman (terjemahan) oleh Imam Suyuti. kecuali hadis (d).
Imam Suyuti termasuk Mujadid abad ke IX-X Hijriyah, juga sebagai seorang yang sering berjumpa dengan Rasulullah saw dalam keadaan terjaga maupun kasyaf dimana beliau menanyakan tentang hadis-hadis yang didhoifkan maupun yang dishahihkan oleh para kritisi hadis sebbelumnya.

2. Dalam Mu'tamar NU yang ke-3 di Surabaya tahun 1928 yang terhimpun dalam buku Ahkamul Fuqaha (kumpulan masalah-masalah Diniyah dalam Mu'tamar NU ke-1-15, terbitan CV Toha Putra, Semarang, tth. Pada hal.34-35 dalam Pertanyaan no.46, terdapat pertanyaan "Bagaimana pandapat Mu'tamar tentang Nabi Isa as. setelah turun kembali ke dunia, apakah tetap sebagai Nabi dan Rasul padahal Nabi Muhammad saw adalah nabi terakhir, dan apakah Mazhab empat akan tetap ada pada waktu itu?
Jawab:
Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa itu akan diturunkan kembali pada akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rasul yang melaksanakan syariat Nabi Muhammad saw, dan hal itu tidak berarti menghalangi Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir, sebab Nabi Isa hanya akan melaksanakan syariat nabi Muhammad saw, sedangkan Madzhab Empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku).

3. Kemudian sebagaimana tertera dalam hadits Ibnu Majah Kitabul Fitan bab Siddatuz zaman Hadis no.4039 jelas bahwa Nabi Isa dan Almahdi akhir zaman adalah sesuai dengan yang dijelakan oleh Rasulullah saw dalam menafsirkan QS. Al-Jumu'ah ayat 3 "wa akhorina minhum" dan hadits Nabi dalam Shahih Bukhori Kitabuttafsir bab Qouluhu wa aakhorina minhum lamma yalhquu bihim  hadis no.4897. mengenai siapa yang dimaksud dengan Ar Rijal, lihat tafsir QS. Yasin ayat 20.

Kesimpulan:
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ahmadiyah meyakini  hadits-hadits tentang kebangkitan Isa bin Maryam yang identik dengan Al Mahdi akhir zaman.
2. Isa dan Al Mahdi di akhir zaman adalah seorang saja dengan tugas ganda.
3. Ahmadiyah meyakini bahwa Isa Almasih akhir zaman adalah dari umat Nabi Muhammad saw sesuai dengan hadis Rasulullah saw. (bukan Isa yang dulu yang khusus diturunkan untuk umat Israili). dan beliau akan menegakkan syariat Rasulullah saw serta mendapat wahyu Allah ta'ala.

Rabu, 15 Juni 2011

MUKJIZAT PARA NABI SESUAI KONDISI YANG BERLAKU  

      Sejarah yang benar merupakan guru yang baik. Dari sejarah itu diketahui bahwa mukjizat-mukjizat setiap nabi tampil dalam bentuk  yang memang sedang masyhur dan hangat pada zamannya. Di masa Hadhrat Musa sihir memang sedang sangat popular, karena utu mukjizat yang dianugerahkan kepada beliau adalah beliau telah mengalahkan sihir orang-orang sesat itu.
      Ada pun di masa Nabi Karim saw. yang sedang popular adalah masalah kefasihan dan balaghah, karena itu beliau saw. memperoleh Quran Karim, yang juga merupakan suatu mukjizat dalam cora. Corak demikian dipakai karena para penyair dianggap sebagai orang-orang yang melontarkan uraian-­uraian yang menyihir, dan lidah (ucapan)  mereka begitu berpengaruhnya, schingga apa saja yang mereka inginkan langsung mereka dapatkan melalui pembacaan syair-syai.
      Sebagaimana pada zaman sekarang ini orang-orang Inggris menggunakan terompet untuk mendorong gejolak semangat, maka pada masa itu para penyair ini memiliki lidah (ucapan) yang menimbulkan keberanian dan gejolak semangat. dalam setiap serangan mereka menggunakan syair, dan mereka menggenapi apa yang difirmankan, “Fii kulli waadiy yahiimun (mereka mengembara pada tiap-tiap lembah” -  (Asy-Syu'ara, 226).
     iOleh karena itu pada waktu itu penting agar Allah Ta’ala mengirim Kalaam-Nya. Jadi, Allah Ta’ala telah mengirim Kalaam-Nya, dan dalam bentuk itulah Dia memperlihatkan mukjizat-Nya. Kepada orang-orang itu dikatakan, “Inkuntum fii raybim mimmaa nazzalna ‘alaa ‘abdinaa fa-tu bishuuratin min mitslihhi  -- “jika kalian dalam keraguan terhadap apa yang Kami turunkan kepada haba Kami maka datangkalkah satu surah yang semisalnya...” (Al-Baqarah, 24).. Yakni, kalian yang berbangga diri dan sombong atas bahasa (upakan) kalian, jika kalian memiliki kemampuan dan keberanian, maka perlihatkanlah kalaam  (ucapan) yang mengalahkan mukjizat kalaam ini.”
     iNamun walaupun demikian orang-orang itu mengetahui bahwa mereka akan kalah dan terhina, khususnya dalam kondisi ketika ditantang sepertri itu mereka sama sekali  tidak akan mampu membuatnya. ternyata tetap saja mereka tidak mampu membuatnya. Jika mereka ada membuat sesuatu dan mereka paparkan, tentu sejarah yang  benar memberikan kesaksian akan hal itu.  Namun, tidak ada yang dapat membuktikan bahwa ada seseorang yang berhasil membuatnya. Jadi, Allah Ta’ala telah memperlihatkan mukjizat dalam corak demikian pada waktu itu.
 Demikian pula di kalangan orang-orang Yahudi terdapat resep untuk melenyapkan penyakit-penyakit [melalui cara-cara non-medis – pent.] Di kalangan orang-orang Hindu juga ada, di kalangan orang-orang Kristen pun ada. Bahkan di kalangan orang-orang Inggris pada masa sekarang ilmu tersebut sangat maju. Namun hal itu tidak membuktikan kenabian, dan tidak pula hal itu berkaitan dengan kenabian , sebab hal itu timbul berdasarkan hanya pada latihan. dan setiap orang yang berlatih – apakah dia itu seorang Hindu atau Muslim, Kristen atau atheis, ringkasnya siapa          saja – dapat menimbulkan kemahiran tersebut melalui latihan. Oleh karena itu pengobatan penyakit-penyakit [seperti itu tidak ada hubungannya dengan kenabian , melainkan itu adalah suatu hal yang umuj.
Jadi, dikarenakan hal itu sangat popular di  masa Hadhrat Masih maka Allah Ta’ala telah memberikan mukjizat dalam corak demikian kepada Hadhrat .Masih. Kemampuan ini terdapat di dalam diri setiap insan, yakni untuk mengerahkan konsentrasi. Dengan berkonsentrasi maka sesuatu [energi] akan bangkit di dalam kalbunya.  Almasih mengatakan, "Siapa pula yang telah menyentuhku, sehingga kekuatanku menjadi hilang?" Itu jugalah yang dikatakan oleh orang-orang yang mempraktekkan  penyembuhan penyakit dengan cara demikian.
Ringkasnya, mukjizat-mukjizat Al-Masih dengan tampil dalam corak demikian menjadi sangat lemah dan tidak berbobot. Selain itu terdapat sebuah kritikan besar terhadap mukjizat-mukjizat Al-Masih, yakni di dalam Injil tertulis bahwa di sana terdapat sebuah kolam (Beteshda – pent.], dimana orang-orang menantikan saat airnya berguncang. [Berdasarkan kepercayaan di sana siapa saja yang masuk ke dalam kolam tersebut maka seluruh penyakitnya akan sembuh, sehingga  hal itu mengurangi bobot mukjizat Al-Masih  –pent.). (Malfuzat, jld. III, hlm. 172-173).

(173-180)

MARAH & SABAR

      “Orang-orang  ini mencaci-maki saya, namun saya tidak mempedulikan caci-makian mereka, dan tidak pula saya menyesali mereka, sebab dalam pertandingan ini mereka telah kalah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan kekalahan serta ketaklukkan mereka kecuali dengan mencaci-maki, melontarkan fatwa kafir, mengada-adakan  perkara tuduhan palsu di pengadilan  serta melontarkan berbagai macam kedustaan dan kebohongan. Silakan mereka menggunakan segenap kekuatan mereka untuk melawan saya, dan saksikanlah, akhirnya keputusan berpihak kepada siapa?
      Jika saya melayani caci-makian mereka, maka tugas utama yang telah diserahkan Allah Ta’ala kepada saya akan terbengkalai. Oleh karena itu dalam kondisi saya tidak mempedulikan caci-makian mereka, saya menasihatkan kepada Jemaat saya adalah tepat apa mendengar caci-makian orang-orang itu dan menehan diri. Sekali-kali jangan membalas mereka itu dengan cacian  juga, sebab dengan cara demikian keberkatan akan hilang. Perlihatkanlaha kesabaran dan ketabahan, serta tampilkanlah akhlak-akhlak  kalian.
      Ingatlah dengan pasti, antara akal dan emosi terdapat permusuhan yang berbahaya. Apabila emosi dan  kemarahan timbul maka akal tidak akan dapat berdiri tegak. Namun orang yang berlaku sabar dan memperlihatkan suri teladan menahan diri, kepadanya dianugerahkan sebuah nur (cahaya), yang darinya akal di dalam akal orang itu timbul suatu cahaya baru, kemudian dari nur itu akan timbul nur (cahaya) lain. Sebaliknya, dalam kondisi emosi dan marah, dikarenakan kalbu dan otak menjadi gelap, maka dari kegelapan itu akan timbul lagi kegelapan.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 180).


(180-182)


 DEFINISI MUSLIM SEJATI

     “Muslim adalah seseorang yang  mewakafkan dan menyerahkan segenap wujudnya untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala. Dan secara akidah maupun amal, maksud dan tujuannya hanyalah keridhaan serta kesenangan Allah Taala. Dan segenap kebaikan serta amal-amal salih yang timbul darinya tidak muncul karena terpaksa, melainkan di dalamnya terdapat daya magnetis kelezatan serta. kenikmatan, yaitu yang mengubah segala macam penderitaan menjadi kenyamanan. 
      Muslim sejati mencintai Allah Ta’ala, dengan menyatakan dan mengimani bahwa, “Dia itu merupakan Kekasih-ku, Pecinta dan Muhsin-ku”, oleh karenanya ia meletakkan kepalanya di singgasana Ilahi. Bagi seorang Muslim sejati, jika dikatakan bahwa dia tidak akan mendapatkan apa pun sebagai imbalan amal-amal tersebut – tidak akan memperoleh surga, dan tidak pula neraka, tidak akan memperoleh ketentraman dan tidak pula kelezatan – maka dia sama-sekali tidak dapat meninggalkan amal-amal salihnya itu serta tidak dapat menanggalkan kecintaannya terhadap Ilahi tersebut,  sebab kefanaant dalam melakukan ibadah-ibadah kepada-Nya, dalam menjalin hubungan hubungan dengan-Nya,  dalam melakukan kesetiaan dan ketaatan terhadap-Nya, tidaklah bertumpu pada dasar imbalan, ganjaran atau pun harapan tertentu, melainkan dia menganggap bahwa pada hakikatnya  wujudnya itu telah diciptakan untuk mengenal Allah Ta’ala, untuk mencintai-Nya, dan untuk taat kepada­-Nya. Tidak ada maksud dan tujuan lain baginya kecuali itu.           
Oleh karenanya, tatkala [Muslim sejati] itu mengerahkan kemampuan-kemampuan anugerah Ilahi yang dimiliukinya, untuk maksud dan tujuan tersebut  maka yang tampak olehnya hanyalah Wajah Kekasih Hakiki-nya itu.  Pada dasarnya, pandangannya tidak tertuju pada sura dan neraka.
Saya mengatakan, jika kepada saya ditanamkan keyakinan akan hal ini, bahwa dengan menjalin kecintaan terhadap Allah Ta’ala, dan dengan mentaat-Nya saya akan dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya, maka dengan bersumpah saya mengatakan, bahwa fitrat saya berada dalam kondisi dimana ia siap untuk ituntuk menanggung penderitaan-penderitaan dan segenap bala tersebut dengan gejolak dan semangat suatu kelezatan serta kecintaan. Dan dalam kondisi adanya keyakinan demikian, yang ditampilkan dalam bentuk azab dan penderitaan, maka mengayunkan satu langkah keluar dari ketaatan dan dari kesetiaan terhadap Allah, saya anggap lebih buruk daripada ribuan kematian, bahkan lebih buruk dari kematian yang tak terhitung banyaknya. Dan langkah keluar seperti itu saya nyatakan sebagai kedukaan serta bala-bencana.
      Hal itu sama saja seperti seorang raja yang mengumumkan  bahwa jika ada ibu yang berhenti menyusui anaknya maka raja akan senang kepadanya dan akan memberikan hadiah, maka seorang ibu tidak akan pernah mampu melakukan hal itu. Yakni, karena tergoda oleh hadiah tersebut dia rela membunuh anaknya sendiri.
      Demikian pula bagi seorang Muslim sejati, keluar dari perintah Allah dia yakini sebagai suatu kebinasaan (kematian). Tidak peduli, walau pun untuk melakukan keingkaran itu kepadanya dijanjikan kenyamanan dan kesenangan yang tak terhingga sekali pun.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 182-183).


  KECINTAAN SERTA KETAATAN TERHADAP ALLAH

       Jadi, untuk menjadi Muslim sejati adalah mutlak agar meraih fitra semacam ini, yakni kecintaan dan ketaatan terhadap Allah Ta’ala jangan dilandaskan pada rasa takut dan harapan terhadap suatu ganjaran pahala dan  hukuman, melainkan jadikanlah [kecintaan dan ketaatan] itu sebagai bagian dari fitrat, barulah kecintaan itu dengan sendirinya akan menciptakan suatu surga baginya. Dan itulah yang merupakan surga hakiki. Tidak ada orang yang dapat masuk ke  dalam surga selama dia belum menempuh jalan ini.
     Oleh karena itu saya mengajarkan kepada kalian yang menjalin hubungan dengan saya agar masuk melalui jalan itu, sebab itulah jalan sejati menuju surga.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 183).


AIR  KEHIDUPAN ABADI

iSaya katakana dengan sebenarnya, ini adalah suatu kesempatan yang telah diciptakan  oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang yang beruntung. Selamatlah mereka yang mengambil manfaat dari ini. Kalian yang telah menjalin hubungan dengan saya, jangan sekali-kali kalian merasa sombong, bahwa apa yang dahulu harus kalian temukan ternyata kini sudah kalian dapatkan.
      Ini memang benar, bahwa kalian jauh lebih beruntung dibanding para pengingkar yang telah membuat Allah murka karena penghinaan dan pengingkaran keras yang mereka lakukan. Dan ini pun memang benar bahwa kalian dengan prasangka baik telah berusaha menghindarkan diri kalian dari kemurkaan Allah Ta’ala.  Namun yang benar adalah kalian telah sampai ke dekat mata air itu, yang saat ini telah diciptakan oleh Allah Ta’ala untuk kehidupan abadi.Ya, sekarang yang tersisa tinggal meminum air saja lagi.
       Oleh karena itu, dengan karunia dan berkat dari Allah Ta’ala, mintalah taufik supaya Dia mengenyangkan kalian, sebab   tanpa Allah Ta’ala, segala sesuatu tidak dapat berlangsung. Saya mengetahui  dengan pasti, siapa saja yang akan minum dari mata air ini dia tidak akan binasa, sebab air ini memberi kehidupan dan menyelamatkan dari kebinasaan serta melindungi dari serangan-serangan syaitan/
        Bagaimana caranya agar kenyang [meminum] dari mata air ini? Caranya adalah kedua hak yang telah ditegakkan Allah Ta’ala atas diri kalian laksanakan dan bayarlah sepenuhnya. Satu di antaranya adalah hak Allah, dan yang kedua adalah hak makhluk. Yakinilah Tuhan  kalian itu Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, sebagaimana kalian            mengikrarkannya melalui Syahadat, “Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu” yakni “aku bersaksi bahwa selain Allah tidak ada mahbub (yang dicintai) mah..... (yang kepada-Nya dipanjatkan permohonan), dan Wujud yang ditaati. Ini adalah sebuah kalimat yang begitu indah, apabila diajarkan kepada orang-orang Yahudi, Kristen maupun para penyembah berhala lainnya, dan mereka memahami kalimat ini maka sama-sekali mereka tidak akan hancur dan binasa. Dikarenakan tidak adanya satu kalimat ini sajalah maka kebinasaan dan petaka telah menimpa mereka, dan ruh mereka membusuk lalu hancur” (Malfuzat, jld III, hlm. 84-185).

(185-188)


KECINTAAN KEPADA ALLAH

      ”Apa arti cinta kepada  Allah? Artinya adalah, mendahulukan keridhaan Allah Taala atas kedua orang tua, atas suami (istri), atas anak keturunan, atas diri sendiri, ringkasnya  atas segala sesuatu. Di dalam Quran Syarif tertera,  "Fadzkurullaaha kadzikrikum aabaaukum aw asyyaada dzikra -  Yakni berzikirlah (ingatlah) kepada Allah sebagaimana kalian biasa mengenang bapak-bapak kalian, atau berzikirlah (ingatlah) lebih hebat lagi daripada itu, dan ingatlah [Allah] dengan kecintaan yang sangat mendalam (Al-Baqarah, 201).
      Di sini ada hal yang perlu direnungkan dalam-dalam. Allah Ta’ala tidak mengajarkan supaya kalian membiasakan diri menyebut Allah sebagai bapak, melainkan ini diajarkan demikian supaya jangan tergelincir seperti yang dialami orang-orang Kristen, dan janganlah panggil Allah sebagai bapak.
      Kalau ada yang mengatakan, “Berarti kecintaan [kepada Allah] itu lebih rendah daripada kecintaan terhadap bapak",  maka untuk menangkal kritikan itu telah disebutkan “aw asyaaddu dzikra” (atau ingatlah lebih hebat  dari itu). Jika tidak ada kalimat “aw asyaaddu dzikra” maka kritikan tersebut akan berlaku. Namun kini masalah  itu telah dipecahkan oleh kalimat tersebut....
     Beberapa kata (kalimat) tampil sebagai cobaan. Allah Ta’ala memang sudah memutuskan untuk memberi cobaan kepada orang-orang Nasrani, oleh karena itu di dalam kitab-kitab mereka hal itu  sudah menjadi istilah para nabi. Namun dikarenakan Dia itu Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui, oleh sebab itu sejak sebelumnya pun kata "bapak" tersebut telah banyak digunakan.
      Tetapi merupakan kesialan kaum Nasrani, yakni tatkala Al-Masih menggunakan kata itu maka mereka mengartikannya dalam makna yang sebenarnya dan mereka telah tergelincir, padahal Al-Masih mengatakan, "Di dalam kitab-kitab kalian tertulis bahwa kalian adalah ilah."  Beliau ingin menghapus syirik itu, dan beliau ingin memberi pemahaman kepada mereka, namun orang-orang bodoh itu tidak peduli. Dan walaupun ada ajaran beliau ini  mereka tetap saja menyatakan diri beliau sebagai “anak Tuhan”.
     Orang-orang Yahudi juga mengalami cobaan semacam itu. Dikarenakan mereka merupakan kaum yang nyinyir maka atas permintaan mereka  diturunkanlah manna dan salwa, sebab [makanan] itu merupakan pendahuluan dari merebaknya wabah pes. Dan dikarenakan  Allah Ta’ala mengetahui bahwa mereka akan melampaui batas dan hukuman bagi mereka adalah wabah pes, oleh sebab itu sejak sebelumnya bahan-bahan itu telah diturunkan.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 188).


 JEMAAT DAN PENGENALAN TAUHID


       ”Saya kembali ke tujuan semula, yakni untuk menegakkan Tauhid sejati adalah mutlak bagi kalian agar sepenuhnya mencintai Allah Ta’ala. Dan kecintaan ini tidak dapat terbukti selama belum sepenuhnya ditampilkan secara amalan. Kecintaan ini tidak dapat terbukti hanya melalui lidah saja. Jika ada yang terus menerus hanya menyebut gula maka hal itu tidak akan pernah membuat manis. Atau, jika ada yang menyatakan dan  mengikrarkan persahabatan dengan seseorang, tetapi pada waktu terjadi musibah dan kesulitan dia menghindarkan diri serta menarik diri tidak mau menolong sahabatnya itu, maka dia tidak dapat dinyatakan sebagai sahabat sejati.
     Demikian juga jika Tauhid itu dilakukan hanya melalui lidah saja, dan penyataan cinta terhadap-Nya juga dilakukan melalui lidah semata maka sedikit pun tidak berguna. Justru pernyataan lidah itu menghendaki porsi amalan yang lebih besar. Tetapi tidak pula berarti bahwa pernyataan lidah itu tidak bermakna apa-apa. Tidak demikian. Maksud saya adalah bahwa beriringan dengan penyataan lidah adalah mutlak pembuktian  secara amalan.
     Untuk itu adalah penting kalian mewakafkan hidup kalian di jalan Allah, dan inilah Islam. Inilah tujuan yang untuknya saya telah diutus. Jadi, barangsiapa yang saat ini tidak datang mendekat ke mata air ini  -- yakni mata air yang untuk tujuan itulah telah dialirkan oleh Allah Ta’ala --  pasti dia akan tetap mahrum (luput). Jika ada yang harus diambil dan ingin mencapai tujuan, maka si pencari sejati itu hendaknya mendekat ke arah mata air ini. Langkahkan kaki ke depan, dan letakkanlah mulut di tepi mata air yang mengalir ini. Dan hal ini tidak dapat terjadi selama [seseorang itu] belum menanggalkan jubah-jubah wujud-wujug ghairullah (selain Allah) di hadapan Allah Ta’ala, lalu merebahkan diri di hadapan gerbah Rabbubiyyat, kemudian berjanji bahwa walaupun tujuan-tujuan dunia terlepas dari tangan, dan gunung bala bencana meletus, tetap tidak akan meninggalkan Allah Ta’ala serta dia senantiasa siap sedia untuk melakukan segala macam pengorbanan di jalan Allah Ta’ala.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 188-189).


(189-193)

MENDAHULUKAN AGAMA DARIPADA DUNIA 

      ”Perhatikan, ada dua macam orang. Pertama mereka yang menerima Islam lalu sibuk dalam urusan-urusan dunia dan perniagaan. Setan menunggangi kepala mereka. Bukan maksud saya bahwa berniaga itu dilarang. Tidak demikian, para sahabat juga dahulu melakukan perniagaan, namun mereka selalu mendahulukan agama daripada dunia.
      Mereka telah menerima Islam maka mereka telah meraih ilmu sejati mengenai Islam, yang telah memenuhi kalbu mereka dengan keyakinan.  Itulah sebabnya mereka tidak pernah gentar terhadap serangan setan di medan mana pun. Tidak ada satu perkara pun yang dapat menghambat mereka menzahirkan kebenaran. Maksud saya di sini hanyalah, mereka yang benar-benar menjadi hamba dan budak dunia – seolah-olah mereka penyembah dunia --  maka orang-­orang yang semacam itu dikuasai dan dikendalikan oleh setan.
      Orang yang kedua, adalah mereka yang terus menerus mengolah pikiran untuk kemajuan agama. Inilah golongan yang disebut Hizbullaah (golongan Allah), dan golongan ini memperoleh kemenangan atas setan serta lasykarnya.
     Dikarenakan harta bertambah melalui perniagaan, karena itu Allah Ta’ala juga telah menyatakan keinginan mencari agama dan keinginan memanjukan agama itu sebagai suatu perniagaan. Demikianlah difirmankan, “Hal adullukum ‘alaa tijaaratin min ‘adzaabin aliim (“ maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? – Ash-Shaf, 11).  Perniagaan yang paling baik adalah agama, yang menyelamatkan manusia dari azab yang pedih.
     Jadi, saya juga mengatakan kepada kalian dengan menggunakan firman Allah Ta’ala ini,  Hal adullukum ‘alaa tijaaratin min ‘adzaabin aliim (“ maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? – Ash-Shaf, 11). (Malfuzat, jld. III, hlm. 193-194).



  BERTANYA UNTUK MENCARI ILMU

      ”Saya lebih banyak berharap pada orang yang tidak mengurangi kemajuan agama serta kesenangan terhadap agama. Seseorang yang mengurangi kesenangan tersebut, saya takut jangan-jangan dia akan dikuasai oleh setan. Oleh karena itu hendaknya jangan sekali-kali malas. Setiap masalah yang tidak dipahami hendaknya ditanyakan supaya pengetahuan semakin bertambah.
        Bertanya bukanlah sesuatu yang diharamkan. Dalam kondisi menolak sekalipun, hendaknya bertanya, dan juga untuk kemajuan dalam hal amalan. Seseorang yang ingin meraih kemajuan di bidang ilmu dia hendaknya  membaca Quran Syarif dengan penuh perhatian. Di manq saja dia tidak mengerti, tanyakanlah. Jika beberapa makrifat tidak dapat dipahami maka tanyakan pada yang lain, lalu beri manfaat.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 194).


(194-199)


MANFAAT COBAAN DAN PENDERITAAN

      Jika Allah Ta’ala menghendaki maka Dia dapat meletakkan (menjadikan) manusia hanya dalam satu kondisi saja. Namun terdapat beberapa hikmah dan hal sedemikian rupa, sehingga beberapa waktu dan kondisi yang aneh-aneh mendatangi manusia. Salah satu di antaranya adalah kondisi duka dan sedih. Melalui kondisi yang beragamdan waktu-waktu yang berubah itu tampil qudrat-qudrat dan rahasia-rahasia Allah Ta’ala yang sangat menakjubkan...
      Orang-orang yang tidak mengalami kedukaan dan kesedihan di dunia ini, dan mereka menganggap diri mereka sangat beruntung serta sangat bahagia, mereka tidak mengenal dan tidak mengetahui tentang banyak sekali rahasia serta hakikat Allah Ta’ala.
     Permisalannya adalah seperti arak-anak murid di sekolah, beriringan dengan rangkaian pelajaran, terdapat waktu-waktu tertentu dimana mereka juga melakukan olah-raga. Maksud dan tujuan para pejabat pendidikan melalui olah-raga dan ketentuan-ketentuan yang diajarkan            itu bukanlah untuk mempersiapkan mereka guna menghadapi suatu perkelahian, dan tidak pula supaya mereka membuang-buang waktu dengan kegiatan tersebut, atau supaya supaya anak-anak menghabiskan waktu mereka dengan bermain, melainkan  hal yang sebenarnya adalah, bahwa anggota tubuh yang memerlukan gerakan jika sama sekali dibiarkan tidak berfungsi maka kekuatannya akan menurun dan sia-sia. Dengan cara [olah raga] itulah agota tubuh dipelihara dengan prima.
     Jelas, melalui olah-raga itu rasa derita dan letih yang dialami anggota tubuh terbukti menimbulkan kondisi prima dan sehat bagi anak-anak tersebut. Demikian pulalah di dalam fitrat kita juga berlangsung demikian, yakni ia juga menghendaki adanya penderitaan supaya menjadi prima. Oleh karena itu, ini merupakan karunia dan ihsan (kebaikan) Allah Taala, bahwa Dia kadang-kadang memasukkan manusia ke dalam cobaan-cobaan, dan cobaan itu meningkatkan rasa rela terhadap keridhaan Allah serta meningkatkan potensi-potensi sabar.
     Seseorang yang tidak yakin pada Allah, kondisinya adalah,  sedikit saja dia mengalami penderitaan maka dia langsung panic dan melihat bahwa di dalam bunuh diri terdapat kenyamanan. Namun upata kesempurnaan dan tarbiyat manusia menghendaki agar manusia mengalami cobaan-cobaan semacam itu, dan supaya keyakinannya terhadap Allah jadi meningkat.” (Malfuzat, jld III, hlm. 199-200).



KERUGIAN YANG TIMBUL JIKA TIDAK ADA UJIAN

     Allah Ta’ala berkuasa atas segala sesuatu. Namun orang-orang yang tidak mengalami goncangan dan cobaan, lihatkah bagaimana keadaan mereka. Mereka benar-benar tenggelam dalam dunia dan dalam keinginan-keinginan duniawi. Kepala mereka tidak menegadah ke atas. Setelah melupakan­Nya, mereka tidak ingat lagi akan Allah. Inilah orang-orang yang telah menyia-nyiakan potensi-potensi berderajat tinggi, dan sebaliknya justru yang mereka dapatkan adalah hal-hal yang hia, sebab kemajuan iman dan irfan menimbulkan sarana-sarana (penyebab-penyebab)  kenyamanan dan ketentraman bagi manusia.
     Namun disayangkan, mereka bagai seorang anak kecil yang senang terhadap bara api, akan tetapi tidak tahu-menahu tentang dampak bahayanya. Tetapi orang-orang yang memperoleh karunia Allah Ta’ala, dan orang-orang yang menjadi kaya dari segi iman dan keyakinan, mereka  mengalami cobaan.
     Orang-orang yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengalami cobaan apa pun, berarti mereka itu bernasib malam. Dengan hidup di dalam kesenangan dan kenikmatan, mereka menjalani kehidupan binatang. Mereka punya lidah, tetapi mereka tidak dapat mengatakan kebenaran. Puji dan sanjung terhadap Allah tidak mengalir dari lidah mereka, melainkan lidah mereka itu hanyalah untuk melontarkan kata-kata yang berkaitan dengan kefasikan dan keburukan, serta hanya untuk mengecap kenikmatan. Mereka punya mata, tetapi mereka tidak dapat melihat penampakan qudrat-qudrat [Ilahi], melainkan mata mereka itu hanyalah untuk berbuat buruk saja.
     Lalu, dari mana datangnya kebahagiaan serta kenyamanan yang mereka peroleh itu? Kalian jangan beranggapan bahwa seseorang yang mengalami kedukaan dan kesedihan berarti dia itu bernasib malang. Tidak. Allah mencintai orang itu. Seperti sebelum membubuhkan ramuan obat pada luka adalah penting agar luka itu terlebih dulu dibersihkan dan dirapikan.
      Ringkasnya, di dalam fitrat manusia  ini merupakan suatu hal yang telah ditanamkan, dari itu Allah Ta’ala membuktikan apa sebenarnya hakikat dunia dan apa  saja bala musibah yang terjadi di dalamnya.  Di dalam masa-masa sulit (musibah) itulah tampak zahir pengaruh dan sifat-sifat ajaib dari doa-doa. Dan pada hakikatnya hanya melalui doalah Tuhan kita dapat dikenali.” (Malfuzat, jlid. III, hlm. 200-201).


TUHAN YANG MENJAWAB DAN BERKATA-KATA HANYA
DIPAPARKAN OLEH ISLAM


      Dari sekian banyak umat manusia di dunia, umat mana pun tidak percaya terhadap Tuhan yang memberi jawaban dan yang mendengar doa-doa. Apakah ada seorang Hindu yang dengan duduk di depan batu, atau dengan berdiri di depan pohon, atau di hadapan sapi – sambil mengatupkan telapak tangan – dapat mengatakan bahwa, “Tuhan-ku adalahg tuhan yang apabila aku panjatkan doa kepada-Nya maka Dia akan menjawab” ? Sama sekali tidak.
     Apakah seorang Kristen dapat mengatakan, “”Aku mempercayai Yesus sebagai  tuhan. Dia mendengar doaku dan memberikan jawaban”? Sama sekali tidak. Tuhan Yang berkata-kata hanyalah Tuhan Islam yang dipaparkan oleh Al-Quran, yaitu Tuhan yang telah berfirman: "Ud'uunii astajib lakum – “dpanggillah Aku maka Aku akan memberi jawaban kepada kalian.” (Al-Mu’min, 61).  Ini adalah suatu hal yang sungguh benar. Seseorang yang beriman kepada Allah Ta’ala dengan kelbu bersih, lalu sampai jangka masa tertentu dia berusaha gigih dan terus-menerus memanjatkan doa, maka akhirnya pasti dia akan memperoleh jawaban atas doa-doanya itu.
      Di satu tempat dalam Al-Quran Syarif, mengenai orang-orang yang menyembah anak sapi dan menjadikan anak sapi itu sebagai berhala, dikatakan: "Allan yarji'u ilaihim qaulaa – [anak sapi itu] tidak dapat memberi jawaban kepada mereka" (Thaa haa, 90). Dari itu dengan jelas diketahui bahwa tuhan-tuhan yang tidak memberi jawaban adalah “anak sapi” itulah.
     Saya berkali-kali telah menanyakan kepada orang-orang Kristen, “Jika tuhan kalian itu adalah tuhan yang mendengarkan doa-doa dan memberi jawaban atas doa-doa itu, nah coba tunjukkan, dengan siapa tuhan itu berkata-kata? Kalian menyebut Yesus itu sebagai tuhan, cobalah panggil dia dan buktikan."
 Saya katakana dengan pendakwaan, bahwa jika segenap warga Kristen bersatu-padu lalu memanggil Yesus, dipastikan bahwa dia tidak akan memberi jawaban apa pun,  sebab  dia sudah wafat.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 201).


(201-203)


TATAKRAMA DOA

 ”Doa adalah sesuatu yang sangat unik, tetapi disayangkan bahwa orang-orang yang memanjatkan doa bukan mengetahui tata-krama doa, dan bukan pula orang-orang yang memanjatkan doa pada zaman ini mengetahui cara-cara yang darinya dapat diperoleh  pengabulan doa, bahkan pada dasarnya   mereka benar-benar telah jauh dari hakikat doa.
   Sebagian orang ada yang mengingkari doa secara keseluruhan, dan ada yang bukan mengingkarinya   namun keadaan mereka telah lebih buruk dari keadaan para pengingkar doa. Dikarenakan, mereka tidak mengetahui tata-krama doa, maka doa mereka tidak dikabulkan,  dan juga dikarenakan doa itu pada arti yang sebenarnya bukanlah hanya sekedar berdoa (meminta). Keadaan amal (perbuatan) mereka menyeret orang lain kepada atheisme.
Untruk suatu doa, hal diperlukan adalah bahwa  orang yang memanjatkan doa hendaknya sampai kapan pun jangan mereka ledih dan putus  asa serta janganlah berprasangka buruk terhadap Allah Ta’ala, bahwa doa itu tidak dikabulkan. Kadang-kadang tampak bahwa seseorang memanjatkan doa begitu hebatnya, bahwa sudah hampir tiba saatnya doa  itu dikabulkan, ternyata si pemanjat doa itu   merasa letih dab putus asa.
Untuk keterkabulan doa,  hal pertama  yang diperlukan adalah bahwa si pemanjat doa hendaknya sampai kapan pun jangan merasa letih dan putus asa, serta janganlah berprasangka buruk terhadap Allah Ta’ala bahwa doa itu tidak dikabulkan. Kadang-kadang tampak bahgwa seseorang memanjatkan doa begitu hebatnya bahwa sudah hamper tiba saatnya doa itu akan dikabulkan, ternyata si pemanjat doa itu langsung merasa letih sehingga  mengakibatkan kegagalan dan ketidak-berhasilan baginya.  
     Kegagalan itu   membawa pengaruh buruk sedemikian rupa, sehingga orang itu mulai mengingkari kemanjuran doa serta lambat-laun  dia akan sampai pada suatu tahap dimana dia pun akan mengingkari Tuhan.  Dia mulai mengatakan bahwa, "Seandainya Tuhan itu ada dan mengabulkan doa, maka kenapa Dia tidak mengabulkan doa-doa yang telah kupanjatkan sejak sekian lama ini?"
      Namun orang-orang yang berpendapat demikian serta yang telah terkecoh seperti itu, seandainya mereka merenungkan akan ketidak-teguhan dan ketidak-tetapan hatinya, maka dia akan mengetahui bahwa seluruh kegagalan tersebut adalah karena ketergesaan dan ketidak-sabarannya sendiri. Yaitu hal-hal………
Doa-doa pada hakikatnya sangat patut dihargai, dan orang-orang yang memanjatkan doa pada akhirnya akan berhasil. Yaa, ini merupakan suatu kebodohan dan kelancangan bahwa manusia ingin berperang melawan kehendak Allah Ta'ala. Misalnya [seseorang] berdoa supaya matahari terbit pada permulaan malam.
 Doa-doa semacam itu termasuk di dalam   kelancangan. Orang itu akan menanggung kerugian dan senantiasa gagal, yang selalu takut dan yang menghendaki [pengabulan doa] sebelum saatnya.  Misalnya sepuluh hari setelah diadakan perkawinan, jika seandainya suami istri menginginkan pada saat itu juga agar anaknya lahir  maka betapa hal itu merupakan suatu kebodohan. Pada saat itu darah janin dan embriyo pun belum dia miliki. Demikian pula halnya orang yang tidak memberi kesempatan bagi tanaman untuk berkembang, maka dia tidak memberikan peluang bagi tanaman tersebut untuk berbuah...
Orang-orang Islam sama-sekali tidak mengenali doa. Sebagian orang ada yang  karena kesialannya memperoleh kesempatan untuk berdoa, namun dikarenakan dia tidak bersabar serta istiqlal (teguh), maka setelah dia gagal dia masuk ke dalam golongan Sayyid Ahmad Khan --  bahwa doa tidak bermakna sama sekali.
Keterkecohan dan kesalahan seperti ini terjadi hanya karena ketidaktahuannya akan hakikatr doa. Setelah tidak melihat adanya pengaruh doa serta tidak terpenuhinya harapan-harapan mereka akan harta (uang), maka mereka bangkit mengatakan bahwa doa itu tidak akan ada artinya, dan mereka pun berpaling darinya.
      Doa adalah suatu pertalian yang sempurna antara Rabubiyat dan ‘ubudiyat. Seandainya pengaruh   doa tidak ada, maka akan sama saja artinya jika doa itu ada atau tidak.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 203-204).



PENGABULAN DOA, BUKTI KUAT KEBERADAAN ALLAH TA’ALA

      Dalil kuat untuk mengenali Allah Ta’ala dan kesaksian besar atas keberadaan Wujud-Nya adalah, di tangan-Nya terletak ikhtiar untuk menghapuskan sesuatu dan untuk mengukuhkan, “Yamhullaahu maa-yasyaa-u wa yithbitu – ( Allah hapuskan apa yang Dia kehendaki dan Dia mengokohkan” – Ar-Ra’d, 40).
       Lihat, betapa hebat dan agungnya benda-benda langit, dan dengan menyaksikan keagungannya sebagian orang bodoh sujud menyembahnya. Dan mereka mengakui bahwa sifat-sifat ketuhanan terdapat di dalam benda-benda itu, misalnya orang-orang Hindu, atau  penyembah berhala lainnya, atau para penyembah api dan sebagainya, yang memuja matahari serta menganggap matahari sebagai tuhan mereka.
       Apakah mereka dapat mengatakan bahwa matahari terbit atau terbenam berdasarkan ikhtiar matahari sendiri? Sama sekali tidak. Dan kallau pun mereka mengatakan demikian, mereka tetap tidak dapat memberikan bukti akan hal itu. Silakan mereka berdoa kepada matahari memohon agar matahari suatu hari jangan terbit, atau supaya matahari itu terbenam di siang hari, sehingga dengan cara itu akan dapat diketahui bahwa  matahari itu memiliki ikhtiar dan kemauan sendiri.
      Terbit dan tenggelamnya matahari tepat pada waktu yang tertentu, dengan jelas menzahirkan bahwa matahari itu tidak memiliki ikhtiar dan kemauan sendiri. Dzat (Wujud)  yang memiliki kehendak sendiri baru dapat diketahui apabila doa dikabulkan, dan dapat melakukan apa yang ingin dilakukan, serta tidak melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukan.
      Ringkasnya, jika tidak ada pengabulan doa, maka banyak sekali keraguan yang dapat dan akan timbul mengenai Dzat Allah Ta’ala. Dan pada hakikatnya orang-orang yang tidak percaya pada pengabulan doa, mereka tidak memiliki suatu dalil apa pun mengenai Dzat Allah Ta’ala.  Akidah saya adalah, seseorang yang tidak percaya pada doa dan pada pengabulannya, dia akan masuk ke dalam neraka, sebab berarti dia itu tidak percaya kepada Allah.
Inilah cara untuk mengenali Allah Ta’ala, yakni terus menerus memanjatkan doa sampai Allah memenuhi kalbunya dengan keyakinan serta kepadanya datang suara, “Anal-Haqq” (Aku-lah Kebenaran).” (Malfuzat, jld. III, hlm. 204-205).


SYARAT PENGABULAN DOA ADALAH SABAR DAN ISTIQLAL

        “Memang tidak diragukan lagi bahwa untuk menempuh jenjang ini dan untuk mencapai tahap ini terdapat banyak sekali kesulitan dan penderitaan. Namun obat bagi semua itu adalah sabar dan istiqlal (teguh).
        Ingat, seorang manusia tidak akan pernah dapat mengambil berkat (manfaat) dari doa selama dia belum menerapkan batas kesabaran serta terus memanjatkan doa-doa dengan teguh. Jangan sekali-kali berprasangka buruk dan berpikiran buruk terhadap Allah Ta’ala. Bayangkan dan yakinilah bahwa Dia itu merupakan Pemilik segala qudrat dan kemauan. Kemudian terus­ meneruslah panjatkan doa dengan sabar. Akan tiba waktunya ketika Allah Ta’ala akan mendengar doa-doanya serta akan memberi jawabannya.
       Orang-orang yang mengunakan resep ini, mereka tidak akan pernah bernasib malang serta serta tidak akan pernah luput, melainkan pasti mereka berhasil dalam cita-cita  mereka. Qudrat dan kekuatan Allah Ta’ala tidak terhitung banyaknya. Bagi kesempurnaan manusia Dia menetapkan ketentuan untuk bersabar cukup lama. Jadi, Dia tidak mengubah ketentuan  itu. Dan orang yang menghendaki agar Allah mengubah ketentuan tersebut berarti di sisi Allah dia berbuat lancing dan beranai berbuat kurang ajar.
       Kemudian, ini pun hendaknya diingat. Sebagian orang bersikap tidak sabar, dan bagai tukang sihir mereka ingin agar segala sesuatu selesai (terjadi) dalam seketika. Saya mengatakan, jika ada yang bersikap tidak sabar maka sikap tidak sabar itu tidak akan mengganggu Allah Ta’ala. Justru dia sendiri yang akan rugi. Silahkan dia bersikap tidak sabar, dan lihatlah apa akibatnya.
       Saya tidak pernah dapat mempercayai hal-hal berikut ini, dan pada hakikatnya ini merupakan kisah-kisah-kisah dusta dan palsu, yakni bahwa faqir (petapa) tertentu dengan cara memberi jampi-jampi (mantera-mantera) langsung dapat menghasilkan sesuatu, atau menjadikan sesuatu. Hal itu bertentangan dengan sunnah Allah Ta’ala dan Quran Syarif, karena itu  yang demikian tidak pernah dapat terjacli seperti itu.
      Ukuran untuk mengambil keputusan mengenai wetiap perkara adalah Al-Quran. Lihat Hadhrat Yaqub a.s., ketika putera kesayangannya, Yusuf a.s., dipisahkan dari beliau karena kejahatan  saudara-saudaranya, maka sampai 40 tahun lamanya beliau terus­ menerus berdoa.  Jika beliau seorang yang terburu nafsu tentu tidak akan ada hasilnya. Selama 40 tahun beliau terus-menerus berdoa dan beriman  terhadap qudrat-qudrat Allah Ta’ala. Akhirnya setelah 40 tahun doa-doa itu membawa kembali Yusuf a.s.
      Dalam jangka masa yang panjang itu sebagian orang pencerca mengatakan kepada Hadhrat Yaqub a.s., “Engkau sia-sia saja mengingat Yusuf.” Namun beliau tetap mengatakan, “Aku mengetahui  sesuatu dari Tuhan, yang kalian tidak ketahui." jiMemang tidak diragukan lagi bahwa Hadhrat Yaqub a.s. tidak memperoleh kabar sedikit pun tentang Yusuf, namun beliau mengatakan, “ "Innii la-ajidu riiha yuusuf  (”sesungguhnya aku benar-benar mencium wangi Yusuf” – Yusuf, 95).
      Pertama-tama yang beliau ketahui hanyalah bahwa rangkaian doa yang beliau panjatkan sudah terlalu lama, dan jika Allah Ta’ala memang tidak ingin memenuhi  (mengabulkan) doa-doa tersebut tentu Dia segera memberitahukan jawabannya. Dengan demikian lamanya rangkaian doa itu merupakan dalil bagi pengabulan, sebab seorang yang pengasih tidak pernah membiarkan seorang pengemis duduk sampai sekian lama tanpa memberi apa-apa. Seorang yang kikir sekalipun tidak makan berbuat demikian.
      Seorang yang kikir jika melihat pengemis duduk sangat lama di depan pintunya, tentu akhirnya  ada saja yang akan dia berikan kepada pengemis itu.   Lamanya jangka masa  Hadhrat Yaqub a.s. memanjatkan doa-doa terbukti di dalam Quran Syarif dengan sendirinya dari ayat, “Wabyadhat ‘ainaahu” (dan memutihlah kedua matanya” – Yusuf, 85). .
        Ringkasnya, janganlah risau karena lamanya jangka masa ...............          ......... kesempurnaan setiap nabi, Allah Ta’ala telah  menetapkan cara-cara yang berbeda. bagi kesempurnaan Hadhrat Yaqub, Allah Ta’ala telah meletakkan beliau dalam kedukaan seperti itu.
     Kesimpulannya adalah, ini merupakan asas doa. Siapa saja yang tidak mengetahuinya maka dia berada dalam kondisi  berbagaya. Dan yang memahami asas ini hasil akhir yang dia peroleh baik dan beberkat.” (Malfuzat, jld. III. hlm. 205-207).


MUSIBAH DAN KEMAJUAN ORANG BERTAKWA

       Dan orang-orang yang menjalani hidup seperti hewan, tatkala Allah Ta’ala menangkap mereka maka Dia menangkap untuk mencabut nyawa. Namun tidak demikian kebiasaan-Nya bagi orang-orang mukmin. Akibat akhir dari penderitaan-penderitaan yang dialami orang mukmin adalah baik, dan akibat akhir [yang baik] hanyalah untuk orang mutaki. Sebagaimana difirmankan, “Wa ‘aaqibatul- muttaqiin (“dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa” – Al-Qashash, 84).
     Penderitaan-penderitaan dan musibah-musibah yang melanda orang-orang beriman, itu pun menjadi faktor kemajuan-kemajuan mereka, supaya mereka menjadi berpengalaman. Kemudian Allah Ta’ala akan memutarkan kembali hari-hari mereka, dan ini merupakan suatu ketentuan bahwa seseorang yang mengalami hari-hari penderitaan maka pada dirinya tidak  terdapat lagi gejala-gejala kehidupan hewani. Suatu maut (kematian) pasti melandanya, dan sesudah mengenali Tuhan maka kelezatan-kelezatan serta kenikmatan-kenikmatan yang tampak dalam kehidupan hewani tidak akan tersisa lagi, melainkan di dalam diri orang-orang itu timbul kebencian dan ketidaksukaan terhadap kelezatan-kelezatan hewani tersebut. Di dalam diri mereka mengerahkan perhatian ke arah kebaikan-kebaikan menjadi suatu kebiasaan yang tidak sulit. Rasa berat dan sulit yang  timbul sebelumnya untuk melakukan kebaikan-kebaikan tidak tersisa lagi. .
      Jadi, lihatlah, selama masih ada maksud-tujuan yang bercampur dengan dorongan-dorongan nafsu, selama itu pula Allah memisahkan mereka dengan suatu hikmah tertentu. dan ketika mereka kembali (bertaubat) maka kondisi tersebut tidak lagi demikian.
     Jangan pernah melupakan hal ini, bahwa dunia hanyalah untuk beberapa hari saja dan akhirnya akan kembali kepada Allah juga. Pekerjaan kita tidaklah sekedar untuk makan dan minum srta  menjalani hidup seperti hewan. Manusia membawa banyak sekali tanggung-jawab besar, oleh karena itu hendaknya dipikirkan mengenai akhirat. Persiapan untuknya adalah penting.
       Penderitaan-penderitaan yang timbul dalam  melakukan persiapan untuk itu janganlah dipahami dalam bentuk kesusahan dan penderiataan, melainkan hal itu dikirim oleh Allah Ta’ala kepada mereka guna memberikan cicipan kedua surga, “Wa liman khaafa maqaama rabbihii jannataan (“dan bagi orang yang takut maqam Tuhannya terdapat dua surga” – Ar-Rahmaan, 47). Musibah-musibah itu datang guna mengeluarkan hal-hal sementara yang dibuat-buat dan terpaksa..... 
     Sayyid Abdul Qadir Jailani juga di suatu bukunya menulis, bahwa tatkala seorang mukmin ingin menjadi mukmin [hakiki] maka pasti kedukaan dan cobaan melanda dirinya. Dan hal itu melandanya sedemikian rupa, sehingga dia menganggap dirinya sudah mendekati maut (kematian). Kemudian, tatkala dia mencapai kondisi itu maka rahmat Ilahi bergejolak dan memerintahkan, “Qulnaa: Yaa-naaru kuuni bardan- wasalaaman (“Kami berfirman: Hai api jadilah engkau dingin dan keselamatan” – Al-Anbiya, 70). iInilah yang terakhir dan yang sebenarnya...” (Malfuzat, jld. III, hlm. 207­-208).


(208-218)



MAKNA HADHRAT MASIH MAU’UD MENGENAKAN DUA KAIN KUNING

    “Arti dua kain kuning, kalau memang demikian seperti yang diuraikan oleh penentang saya, lalu apa bedanya antara Al-Masih dan para yogi Hindu?
     iSebenarnya kain Allah itu mengandung makna tersendiri, dan maknanya adalah apa yang telah dibukakan Allah Ta’ala kepada saya. Yakni makna “dua kaum kuning” itu adalah dua macam penyakit yang saya derita.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 218). 

Ahmadiyah