Senin, 13 Juni 2011

Adam as.

Adam a.s., yang hidup kira-kira 6000 tahun yang lalu, umumnya dipercayai sebagai orang yang pertama sekali, dijadikan oleh Tuhan di atas muka bumi. Tetapi, pandangan itu tidak didukung oleh Alquran. Dunia telah melalui berbagai daur (peredaran) kejadian dan peradaban; dan Adam a.s. leluhur umat manusia zaman ini, hanya merupakan mata rantai pertama dalam daur peradaban sekarang dan bukan orang pertama makhluk ciptaan Tuhan. Bangsa-bangsa telah timbul tenggelam, peradaban lainnya telah datang dan pergi. Muhyidin Ibn Arabi, seorang sufi besar mengatakan bahwa, sekali peritiwa beliau melihat diri beliau dalam mimpi sedang tawaf di Ka’bah. Dalam mimpi itu seorang yang menyatakan dirinya sebagai seorang dari nenek moyangnya nampak di hadapan beliau. ” berapa lamanya sudah lewat sejak anda meninggal ?” tanya Ibn Arabi. ” Lebih dari empat puluh ribu tahun”, jawab orang itu, “Tetapi masa itu jauh lebih lama, dari masa yang memisahkan kita dari Adam,” kata Ibn Arabi lagi. Orang itu menjawab, “Tentang Adam yang mana engkau bicara? Tentang Adam yang terdekat kepada engkau atau tentang Adam lain ?” “Maka aku ingat, ” kata Ibn Arabi, “suatu sabda Rasulullah saw. yang dimaksudnya bahwa, Tuhan telah menjadikan tidak kurang dari seratus ribu Adam dan saya berkata dalam hati, “barangkali orang yang mengaku dirinya datukku ini seorang dari Adam-adam terdahulu”(Futuhat, II, hal. 607).

Tidak dikatakan bahwa keturunan yang hidup sebelum Adam a.s. seluruhnya telah lenyap, sebelum beliau dilahirkan. Mungkin sekali kerika itu masih ada sedikit sisa yang tertinggal dari keturunan purba itu, dan Adam a.s. itu seorang dari antara mereka, Kemudian, Tuhan memilih beliau menjadi leluhur keturunan baru dan pelopor sera pembuka jalan peradaban baru. Dijadikan seakan-akan dari yang telah mati, beliau melambangkan terbitnya fajar zaman kehidupan baru. Karena khalifah berari penerus, maka jelas sekali manusia telah ada hidup di bumi ini, sebelum Adam a.s. yang menggatikan mereka, dan kita tak dapat mengatakan apakah penduduk asli Amerika, Australia, dan sebagainya itu, keturunan Adam a.s. terakhir ini atau dari Adam lain yang telah lewat sebelum beliau.

Banyak telah dibicarakan mengenai tempat kelahiran Adam a.s. atau dimana beliau diangkat sebagai mushlih (pembaharu). Pandangan umum ialah beliau ditempatkat di suatu tempat di surga, namun kemudian diusir dari situ, lalu ditempatkan di suatu tempat di dunia. Tetapi, kata-kata “di bumi” menyangkal pandangan itu, dan secara pasti mengemukakan bahwa, Adam a.s. hidup di bumi dan di bumi pula beliau diangkat sebagai Pembaharu. Sangat besar kemungkinan bahwa, beliau untuk pertama kali tinggal di Irak, tetapi kemudian diperintahkan berhijrah ke suatu negeri tetangga.

tatkala syaitan berhasil menimbulkan perpecahan dalam masyarakat, Adam as. dan beberapa anggota jemaat beliau yang lemah telah keluar dari lingkungan itu ; maka, beliau menghimpun auraq (daun-daun) dari taman itu, yakni, pemuda-pemuda dalam jemaat itu, dan mulai mempersatukan serta menertibkan kembali kaumnya dengan pertolongan mereka. Pada umumnya pemudalah yang, disebab kan kebanyakan mereka bebas dari prarasa-prarasa dan prasangka-prasangka, mengikuti dan menolong nabi-nabi Allah swt. (10:84). Makhluk yang dikemukakan oleh Alquran telah menolak tunduk kepada Adam as. disebut iblis, sedang makhluk yang menggodanya disebut syaitan. Perbedaan ini tidak hanya nampak dalam ayat yang sedang ditafsirkan, akan tetapi dalam semua ayat yang berhubungan dengan masalah itu dalam seluruh Alquran. Ini menunjukkan bahwa sejauh hal yang menyangkut kisah ini , syaitan dan iblis itu dua pribadi yang berlainan. Pada hakikatnya, kata syaitan tidak hanya digunakan terhadap ruh-ruh jahat saja, tetapi juga terhadap manusia yang, disebabkan oleh watak jahat dan amal-amal buruk mereka, seolah-olah menjadi penjelmaan syaitan. Syaitan yang menggoda Adam as. dan menyebabkan beliau tergelincir itu bukan ruh jahat yang tidak nampak, melainkan manusia yang berdaging dan berdarah, sifatnya jahat ; syaitan dari antara manusia, penjelmaan syaitan dan tangan-tangan iblis. Ia termasuk anggota keluarta yang mengenainya Adam as. telah diperintahkan supaya menghindar. Rasulullah saw. Diriwayatkan pernah bersabda bahwa nama orang itu harits (Tirmidzi, bab tafsir), hal itu merupakan satu bukti lagi bahwa ia seorang manusia dan bukan ruh jahat.
Adam as. diperintahkan supya berhijrah dari tanah tumpah darah beliau, sebab suasana permusuhan dan benci-membenci telah tumbuh di tenga berbagai anggota jemaat beliau. Hal itu merupakan bukti lebih lanjut tentang kenyataan bahwa “kebun” yang darinya Adam as. keluat itu, bukannya sorga. Rupa-rupa nya Adam as. berhijrah dari Mesopotamia, tanah kelahiran beliau, ke negeri yang berde katan. Hijrah itu barangkali bersifat sementara dan beliau agaknya telah kembali lago ke negeri tempata asal, tak lama sesudah itu. Sungguh, kata-kata, bekal hidup sampai masa tertentu, mengandung isyarat halus tentang hijrah yang bersifat sementara itu. Adam as. diperingatkan agar berhati-hati di masa depan ; sebab, adalah di tanah air sendirilah beliau harus tinggal untuk selama-lamanya.
sedangkan surga itu suatu tempat, yang syaitan tidak mungkin memasukinya dan menggoda Adam as., dan dari tempat itu, tiada seorang pun akan dikeluarkan (15:49).
Ungkapan didalam alquran “makanlah darinya sepuas hati di mana pun kamu berdua suka” menunjukkan bahwa tempat Adam a.s. tinggal, belum berada di bawah kekuasaan hukum seseorang, dan merupakan apa yang dapat disebut “tanah Tuhan” yang diberikan kepada Adam a.s. dan oleh karena itu seolah-olah dijadikan yang empunya semua tanah yang dijelajahi beliau.
Karena tempat ketika Adam as. Disuruh tinggal digambarkan secara tamsil dalam Alquran sebagai “kebun” oleh sebab itu dalam gambaran berikutnya tamsil itu dilanjutkan. Adam as. Digambarkan sebagai dilarang mendekati “pohon” tertentu yang bukan pohon dalam arti kata harfiah dan fisik, melainkan suatu keluarga atau suku tertentu. Kepada beliau diperintahkan supaya menjauhi keluarga atau suku itu, sebab anggota-anggota keluarga atau suku tersebut adalah musuh beliau dan mereka itu niscaya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mencelakakan beliau.

Menurut Bible syajarah (pohon) yang terlarang itu, pohon ilmu pengatahuan baik dan buruk ( kejadian 2:17 ), Tetapi, menurut Alquran, sesudah memakan buah terlarang itu, Adam dan Hawa menjadi telanjang. Hal itu berarti bahwa tidak seperti halnya ilmu yang menjadi sumber kebaikan, pohon itu sumber kejahatan, yang menjadikan Adam a.s. menampakkan sesuatu kelemahan. Pandangan Alquran itu ternyata tepat, sebab memahrumkan atau memiskinkan orang dari ilmu pengatahuan berarti, menggagal -kan tujuan yang untuk itu ia dijadikan. Tetapi, Alquran dan Bible agak sepakat juga mengenai hal bahwa pohon itu bukan benar-benar sebatang pohon biasa, melainkan hanya suatu perlambang. Sebab, tiada pohon yang memiliki salah satu ciri-ciri khas di atas, yaitu menjadikan orang telanjang atau mem- berikan ilmu baik dan jahat, pernah terdapat di muka bumi ini. Jadi, pohon itu harus mengisyaratkan sesuatu yang lain. Syajarah:
(1) Syajarah thayyibah (pohon baik)
(2) Syajarah khabitsah (pohon jahat).

untuk lihat itu lihat 14:25 dan 27. Hal-hal yang suci dan ajaran-ajaran yang suci itu, diserupakan dengan yang pertama ( Syajarah thayyibah ) dan hal-hal yang tidak suci dan pikiran yang kotor diseru -pakan dengan yang kedua ( Syajarah khabitsah ). Mengingat keterangan-keterangan itu, dapat berarti,
(1) Bahwa Adam a.s. diperintahkan untuk menghindari pertikaian.
(2) Bahwa beliau diperingatkan terhadap hal-hal yang jahat.

Sebagai akibat penolakan Adam as. terhadap ajakan-ajakan syaitan, terjadilah perpecahan di antara kaum beliau, sehingga menyebabkan beliau sangat sedih dan cemas hati. Adam as. dan Siti Hawa menyadari, bahwa dengan mengikuti ajakan buruk syaitan itu mereka telah membuat kesalahan besar, dan telah menjerumuskan diri mereka ke dalam keadaan yang amat sulit. Ayat ini tidak berarti, bahwa kelemahan mereka telah dimaklumi orang lain, tetapi yang dimaksudkan hanyalah, bahwa Adam as. dan Siti Hawa sendiri menjadi sadar akan kelemahan mereka itu.
Beberapa kelemahan Adam as. sungguh tersembunyi dari beliau dan beliau menyadari hal itu ketika musuh-musuh membujuk beliau keluar dari kedudukan beliau yang aman. Tiap-tiap orang mempunyai beberapa kelemahan tertentu yang bahkan tersembunyi dari dirinya sendiri ; tetapi, menjadi terbuka pada saat genting dan tegang atau bila ia digoda dan dicoba. Jadi, barulah ketika Adam as. tergoda dan terpedaya oleh syaitan beliau menjadi sadar kan beberapa kelemahan fitrinya. Alquran tidak mengatakan bahwa kelemahan Adam as. dan istri beliau diketahui orang lain, melainkan mereka sendiri menjadi sadar akan kelemahan-kelemahan mereka itu.
kealpaan Adam as. hanyalah disebabkan oleh kekeliruan dalam pertimbangan. Kekeliruan itu tanpa kesengajaan dan sama sekali tidak dengan suatu niat atau kehendak. Manusia tidak luput dari kesalahan.

mengenai kata2 didalam alquran bahwa hawa diciptakan dri tulang rusuk adam tidak berarti bahwa perempuan diciptakan dari bagian tubuh laki-laki, tetapi bahwa perempuan termasuk jenis yang sama dengan laki-laki yaitu mempunyai pembawaan- pembawaan dan kecenderungan-kecenderungan yang serupa. Anggapan bahwa Siti Hawa telah diciptakan dari tulang rusuk Adam nampaknya timbul dari sabda Rasulullah s.a.w. yakni, “Kaum wanita telah diciptakan dari tulang rusuk, dan tentu saja bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk itu bagian yang paling atas. Jika kamu memaksa meluruskannya, kamu akan membuatnya patah” (Bukhari, Kitab-un-Nikah ). Sabda ini merupakan satu dalil yang bertentangan dengan anggapan di atas, dan bukan mendukungnya, sebab di sini sekali-kali tidak disebut nama Siti Hawa, melainkan hanya menerangkan ihwal keadaan umum perempuan. Jelas bagi siapa pun bahwa setiap perempuan tidak diciptakan dari tulang rusuk. Kata dhil’ yang digunakan dalam hadist Rasulullah s.a.w. di atas, menunjuk kepada suatu pembawaan bengkok; kata itu sendiri berarti kebengkokan (Bihar & Muhith). Sebenarnya kata itu menunjuk kepada satu sifat khas wanita, yaitu, mempunyai kebiasaan berbuat pura-pura tidak senang dan bertingkah manja demi menarik hati orang. “Kebengkokan” itu disebut dalam hadis ini sebagai sifat khas yang paling tinggi atau paling baik di dalam wataknya. Barangsiapa menganggap marah-semu perempuan sebagai alamt kemarahan yang sungguh-sungguh, lalu berlaku kasar terhadapnya karena alasan itu, sebenarnya memusnakan segi paling menarik dan menawan hati dalam kepribadiannya.

Satu jiwa” dapat diartikan :
(1) Adam
(2) laki-laki dan perempuan bersama-sama, sebab bila dua wujud melakukan satu pekerjaan bersama-sama, mereka dapat dianggap sebagai Satu
(3) laki-laki atau perempuan secara mandiri sebab umat manusia dapat dikatakan telah diciptakan dari “satu jiwa” alam arti kata bahwa tiap-tiap dan masing-masing perseorangan (individu) diciptakan dari benih laki-laki yang merupakan “satu jiwa” dan juga dilahirkan oleh perempuan yang merupakan pula “satu jiwa”.

hal lain mengenai adam yaitu adanya pertamakali terdapat ka’bah.
Ka’bah, menurut beberapa riwayat dan juga diisyaratkan oleh Alquran sendiri, mula-mula didirikan oleh Adam a.s. (3:97) dan buat beberapa waktu merupakan pusat peribadatan para keturunannya. Kemudian dalam perjalanan masa umat manusia menjadi terpisah sehingga menjadi berbagai golongan masyarakat dan mengambil pusat-pusat peribadatan yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar

Ahmadiyah