MALFUZĀT
JILID III
Penterjemah: Mukhlis Ilyas Mbsy
HAKIKAT NAJAT (KESELAMATAN)
Pada tanggal 30 Nopember 1901 Hadhrat Maih Mau’ud a.s. menerangkan:
“Ada satu pertanyaan penting dan patut dicermati, yang dirasakan oleh umat-umat dan agama-agama di seluruh dunia pada tempat masing. Pertanyaan itu adalah, bagaimana supaya manusia dapat selamat?
Pada hakikatnya pertanyaan ini timbul dari dalam setiap diri manusia, sebab dia menyaksikan bagaimana nafsu menjadi tak terkendali, dan bagaimana pikiran buruk datang mengepungnya. Untuk menghindarkan diri dari dosa-dosa itu ada saja yang telah ditetapkan oleh setiap umat. Dan ada yang mengemukakan dalih, orang-orang Kristen dengan mengambil manfaat dari pertanyaan itu, telah mengetengahkan sebuah dalih, yakni bahwa darah Almasih memberikan keselamatan.
Pertama-tama adalah penting untuk memperhatikan apa yang dimaksud najat (keselamatan). Hakikat najat adalah adalah manusia jadi selamat dari dosa-dos, dan pikiran-pikiran buruk yang datang menghitamkan kalbu menjadi terputus, lalu timbul kesucian sejati.
Sekarang, kita perhatikan, orang-orang Kristen memang telah merasakan pentingnya selamat dari dosa-dosa, dan dengan mengambil manfaat dari itu, mereka memaparkan hal ini di hadapan orangorang yang mencari (keselamatan), yakni bahwa hanya darah Al-Masih sajalah yang dapat menyelamatkan [manusia] dari dosa-dosa.
Namun saya berpendapat, jika benar bahwa darah Al-Masih atau penebusan dosa dapat menyelamatkan manusia dari dosa-dosa, maka paling pertama yang harus kita lihat adalah: apakah ada hubungan antara penebusan dosa dan selamat dari dosa-dosa itu, atau tidak-? Apakah ada hubungan antara keduanya? Misalnya, apabila kita perhatikan maka dengan jelas dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara keduanya. Misalnya, jika seorang pasien datang kepada seorang dokter, tetapi dokter bukannya mengobati melainkan justru menyuruh kepada pasien tersebut agar menyalin buku buku sang dokter – dan itu adalah obat baginya – maka tidak ada orang berakal yang akan menerima cara pengobatan seperti itu.
Jadi, jika bukan demikian hubungan antara darah Al-Masih dengan pengobatan dosa-dosa, maka hubungan yang bagaimana lagi di situ? Atau, misalnya, seseorang kepalanya mengalami rasa sakit, dan orang lain merasa kasihan kepadanya, lalu orang lain itu -- sebagai pengobatan bagi orang yang sakit kepalanya tadi -- memukuli kepalanya sendiri dengan batu. Sungguh ini merupakan hal yang sangat menggelikan.
Jadi, coba katakana kepada saya, segala sesuatu yang telah dan selalu dipaparkan orang-orang Kristen adalah suatu kepalsuan yang memalukan. Apa obat bagi dosa-dosa? Mengenai bunuh diri Yesus – yang tidak memiliki hubungan sejati dengan kesucian terhadap dosa-dosa -- saya sering kali merasa heran, yakni bagaimana mungkin sampai Hadhrat Masih berpikir demikian, yakni beliau memilih disalib guna menyelamatkan orang-orang lain?
Jika beliau menyelamatkan diri beliau sendiri dari kematian di tiang salib itu, lalu memberi manfaat kepada umat manusia dengan cara yang masuk akal, maka hal itu jauh lebih baik dan lebih berguna daripada bunuh diri tersebut, padahal kematian di atas salib itu berupa kutukan. Dan menurut pendapat serta akidah orang-orang Kristen, bahwa untuk penebusan dosa adalah penting supaya terkutuk, sebab hal itu merupakan hukuman bagi dosa-dosa.
Ringkasnya, ini merupakan dalil kuat yang membuktikan kebatilan akidah penebusan dosa. Di dalam penebusan dosa itu tidak ada hubungannya sedikit pun dengan najat (keselamatan) manusia dari dosa-dosa. Kemudian dalil lainnya yang membuktikan kebatilan akidah tersebut adalah, sampai sejauh mana penebusan dosa telah memenuhi keinginan alamai ini, yakni agar manusia selamat dari dosa-dosa? Jawabannya jelas, yakni: Tidak ada sedikit pun, sebab tidak ada hubungannya sama sekali. Oleh karena itu penebusan dosa tidak dapat menghentikan gejolak dan gelombang dosa-dosa.
Jika di dalam penebusan dosa terkandung khasiat untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa, maka tentu kaum laki-laki dan perempuan Eropa terhindar dari dosa-dosa. Pada kenyatannya segala macam dosa terdapat di kalangan orang-orang khusus dan masyarakat awam (umum) Eropa. Jika ada yang tidak percaya silakan lihat taman-taman kota London atau di hotel-hotel di Paris. Begitu banyak perzinahan sehingga menimbulkan kerisauan, jangan-jangan bisa timbul keputusan bahwa perzinahan iu adalah legal.
Secara prakteknya memang tampak demikian. Penggunaan minuman keras begitu banyak sehingga beberapa hari yang lalu seorang perempuan meminta minum di sebuah hotel (restoran), dia mengatakan: "Air adalah untuk mencuci piring atau untuk mandi dan sebagainya, sedangkan untuk minum adalah alcohol (minuman keras)."
Jadi, sekarang perhatikanlah dengan seksama, darah (kematian) Al-Masih tidaklah cukup untuk untuk menghentikan gelombang dosa-dosa. Justru penebusan dosa itu telah menghancurkan upaya upaya-upaya penghambatan dosa-dosa sebelumnya.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 1-3).
(hlm.4-10).
DEFINISI DOSA
“Ini merupakan kekeliruan mereka dalam hal definisi gunah (dosa, dalam bahasa Urdu). Kata gunah sebenarnya diambil dari kata junah (dosa, dalam bahasa Arab). Huruf jim telah diubah dengan huruf gaf, seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang berbahasa Farsi.
Sebenarnya junah itu artinya condong kepada sesuatu hal secara sengaja. Jadi, dosa itu artinya adalah secara sengaja condong kepada keburukan. Jadi, saya sama sekali tidak dapat mempercayai bahwa para nabi 'alaihimus salaam melakukan hal itu (dosa), dan di dalam Al-Quran pun tidak ada dijelaskan demikian.
Para nabi ‘alaihimus- salaam tidak mungkin melakukan dosa, dsebab mereka berada pada posisi makrifat yang paling tinggi. Dan tidak mungkin bahwa seseorang arif (yang memiliki makrifat) condong kepada keburukan.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 10).
(10-22)
HAKIKAT HUKUMAN DUNIA
Pada tanggal 19 Nopember 1901, Mr Dickson bertanya kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.: “Apakah Tuhan memberikan hukuman di dunia ini ataukah di alam berikutnya?” Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Saya memahami pertanyaan Anda. Dari hal-hal yang diberitahukan Allah Ta’ala kepada kami melalui para nabi, dan dari kesaksian yang diberikan oleh peristiwa-peristiwa yang nyata, dapat diketahui bahwa ketentuan tentang pemberian hukuman dan ganjaran telah ditetapkan mulai dari dunia ini juga oleh Allah Ta’ala.
Keburukan dan kejahatan yang dilakukan manusia – tidak peduli apakah mereka menyadari atau tidak – hukuman dan balasan yang dia terima di dunia ini tujuannya adalah untuk memberikan peringatan kepadanya, supaya manusia bejat itu menimbulkan perubahan nyata di dalam dirinya dengan cara bertaubat dan kembali [kepada Allah]. Dan kelalaian yang dilakukan manusia dalam menjalin hubungan kehambaan tdengan Allah Ta’ala dapat disadarinya, lalu supaya dia berusaha untuk memperkokohnya.
Pada waktu itu, ada manusia yang mengambil pelajaran dari peringatan tersebut lalu memohon bantuan Allah Ta’ala untuk mengobati kelemahannya. Atau ada pula yang dengan kebejadan hatinya menjadi semakin berani dalam [keburukan/dosa] itu. Mereka semakin hebat dalam dosa dan kejahatan-kejahatan mereka, sehingga mereka menjadi pewaris neraka.
Hukuman-hukuman yang diberikan di dunia ini sebagai peringatan, tamsilnya (perumpamaannya) adalah seperti sekolah. Sebagaimana di sekolah beberapa hukuman ringan diberikan kepada anak-anak atas kelalaian dan kemalasan mereka tujuannya bukanlah supaya guru meluputkan mereka dari ilmu-pengetahuan, melainkan maksudnya adalah supaya mereka menyadari tujuan mereka, sehingga akan lebih hati-hati serta cekatan di masa mendatang.
Seperti itu pulalah beberapa hukuman yang diberikan yang diberikan Allah Ta’ala atas kejahatan-kejahatan dan kebejadan. Maksudnya adalah supaya manusia bodoh itu yang berlaku aniaya atas dirinya sendiri menyadari kejahatan serta dampak kejahatan yang dia lakukan, lalu dia menjadi takut terhadap keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala, sehingga dia kembali kepada-Nya.” (Malfuzat, jld. III, hlm. 22-23).
oks
BalasHapuswis keren lah....
BalasHapus